REL,EMPATLAWANG.BACAKORAN.CO.ID -Pada 11 Mei 1999, sekelompok mahasiswa dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta mendapatkan kesempatan langka untuk bertemu dengan mantan Presiden Soeharto, tepat setahun setelah ia mundur dari jabatannya.
BACA JUGA:Mengenal Tiga TV Polytron Terbaru 2024: Teknologi Canggih dengan Kualitas Terbaik
Pertemuan ini terjadi di tengah gelombang kritik dan ketegangan politik menjelang Pemilu Multipartai 1999.
Surat permohonan yang dikirim oleh Hendrikusumo Dimas Febiyanto, salah satu mahasiswa, ditanggapi secara cepat oleh Soeharto.
Kunjungan ini berlangsung di rumah Soeharto di Jalan Cendana, yang dipenuhi dengan pengamanan ketat dan ketegangan yang tinggi.
BACA JUGA:Pemerintah Tak Bisa Mengubah Putusan MK Nomor 60/PUU-XXII/2024, Kata Hendri Satrio
BACA JUGA:Jokowi Merasa Ditinggalkan: Maudy Asmara Sebut Sebagai Curhat Politik
Dalam pertemuan tersebut, Soeharto, yang saat itu hampir berusia 78 tahun, menunjukkan sikap yang sangat berbeda dari citra publiknya sebagai diktator.
Ia menyampaikan bahwa meskipun banyak tamu yang datang kepadanya, ia tidak berniat untuk kembali berkuasa.
Soeharto juga mengungkapkan rasa kecewa terhadap tuduhan korupsi dan nepotisme yang terus dialamatkan padanya, menegaskan bahwa pelanggaran yang terjadi lebih merupakan hasil dari implementasi kebijakan oleh orang-orang di sekelilingnya.
BACA JUGA:Anies Baswedan Dikabarkan Diusung PDIP Maju Pilkada Jakarta 2024, Ini Rincian Harta Kekayaannya
Selama hampir dua jam pertemuan, para mahasiswa mendapatkan pandangan mendalam mengenai kehidupan Soeharto pasca-kepresidenan dan menghadapi sosok yang penuh dengan nasihat dan refleksi.
Kunjungan ini meninggalkan kesan mendalam dan memberikan wawasan baru tentang masa lalu Presiden kedua Indonesia tersebut.