Strategi ini terbukti efektif, karena pada Pemilu 2004, PKS mampu meraih sekitar 7,3% suara nasional dan mendapatkan 45 kursi di DPR, suatu lonjakan besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh PK pada pemilu sebelumnya.
Perkembangan dan Dinamika PKS
Setelah sukses di Pemilu 2004, PKS terus berupaya untuk memperkuat posisinya di panggung politik nasional.
Partai ini dikenal dengan disiplin kader yang tinggi dan pendekatan dakwah yang intensif, baik melalui media maupun kegiatan sosial.
PKS juga terlibat aktif dalam berbagai isu sosial dan politik, termasuk kampanye anti-korupsi dan program kesejahteraan masyarakat.
BACA JUGA:Ribut Poster Anies Baswedan, Eggi Sudjana: “Kalau Rekayasa, Bukan Salah Saya”
BACA JUGA:Polwan Menyamar Jadi Penjual Jamu Saat Demo, Terungkap Karena Wajah
Pada Pemilu 2009, PKS kembali mengalami peningkatan dengan memperoleh 8,2% suara dan 57 kursi di DPR. Meskipun tidak menjadi partai mayoritas, PKS berhasil menunjukkan diri sebagai salah satu kekuatan politik yang signifikan di Indonesia.
Partai ini seringkali mengambil posisi oposisi atau mendukung pemerintah, tergantung pada isu-isu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsipnya.
Namun, perjalanan PKS tidak lepas dari berbagai tantangan dan kontroversi.
Beberapa kasus korupsi yang melibatkan kader partai dan perubahan arah kebijakan yang kadang-kadang tidak sejalan dengan prinsip awalnya telah menimbulkan kritik, baik dari dalam maupun luar partai.
Meski begitu, PKS tetap berupaya mempertahankan basis massanya dengan memperkuat kaderisasi dan mempertahankan citra sebagai partai yang berbasis nilai-nilai Islam.
PKS di Era Modern
BACA JUGA:Timnas Indonesia U-20 Siap Hadapi Thailand di Laga Kedua Seoul Earth On Us Cup 2024
BACA JUGA:Timnas U20 Indonesia Libas Argentina: Media ASEAN Heboh, Sebut Gempa Besar di Asia Tenggara
Di era modern, PKS menghadapi tantangan untuk mempertahankan relevansi dan basis dukungannya di tengah persaingan politik yang semakin ketat.