RAKYATEMPATLAWANG — komandan senior Hizbullah, Ibrahim Aqil, tewas dalam serangan udara Israel yang menghantam wilayah pinggiran Beirut, Lebanon.
Aqil, yang telah lama diburu oleh Amerika Serikat terkait serangan bom di Kedutaan Besar AS dan barak Marinir AS di Beirut pada tahun 1983, tewas bersama 10 komandan Hizbullah lainnya.
Serangan bom tersebut menewaskan lebih dari 300 orang, dan AS memberikan hadiah senilai USD 7 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
BACA JUGA:Andre Taulany Mendadak Lamar Amanda Rigby di Tengah Proses Cerai dengan Rien Wartia Trigina
BACA JUGA:Gempa Magnitudo 3.8 Guncang Bone Bolango, Gorontalo
Menurut laporan, Aqil tewas saat menghadiri pertemuan dengan komandan senior Hizbullah di daerah Dahiyeh, Beirut selatan.
Militer Israel mengklaim bahwa Aqil sedang merencanakan serangan terhadap Israel, yang diduga serupa dengan serangan Hamas yang terjadi pada Oktober tahun lalu.
Serangan ini memicu ketegangan di wilayah tersebut, dengan PBB mengecam penggunaan bahan peledak yang ditanam dalam perangkat sipil, seperti pager dan walkie-talkie, yang telah menyebabkan 37 orang tewas di Lebanon.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A56: Smartphone Mid-Range dengan Performa Gahar dan Fitur Canggih
PBB menyatakan bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional dan menganggapnya sebagai kejahatan perang. (*)