Tantangan besar yang muncul adalah hilangnya tradisi perdebatan ilmiah yang substansial.
Sejarawan akademis, yang sejauh ini menjadi penjaga kualitas penelitian dan historiografi, dapat terancam eksistensinya dengan semakin populernya pekerjaan praktis di bidang sejarah.
BACA JUGA:4 Tokoh Jujutsu Kaisen yang Domain Expansion-nya Belum Diperlihatkan dengan Jelas
BACA JUGA:Resep Bakwan Sayur Rebon: Kelezatan yang Tak Terlupakan!
Sementara sejarah publik berhasil membumikan sejarah, ada potensi untuk meminggirkan peran teoretis yang selama ini dipegang oleh sejarawan akademis.
Kehadiran sejarawan akademis yang menghasilkan penelitian berbasis teori dan konsep sangat penting dalam menjaga kualitas keilmuan sejarah.
Melihat fenomena ini, Aji Samsudin, seorang mahasiswa S1 Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang, berpendapat bahwa perkembangan sejarah publik harus diimbangi dengan penyelenggaraan kajian sejarah yang teoritis.
Pembedaan yang jelas antara sejarah praktis dan teoritis harus dijaga, dan dalam pembelajaran sejarah.
BACA JUGA:Kebangkitan Gojo Satoru dalam Jujutsu Kaisen Chapter 270
BACA JUGA:Sejarah Lenyap dalam Ruang Pameran: Refleksi Pameran Merekam Kota 2024 di Kupang
keduanya harus mendapat perhatian yang seimbang agar dunia sejarah tidak kehilangan keseimbangan antara pragmatisme dan keilmuan.
Pentingnya Keberlanjutan Sejarawan Akademis
Mengacu pada pengalaman beberapa sejarawan besar seperti Sartono Kartodirdjo dan Kuntowijoyo, yang telah menciptakan banyak perdebatan ilmiah untuk memperkaya sejarah, penting untuk mempertahankan keilmuan sejarah yang berbasis teori.
Keberlanjutan tradisi ini sangat diperlukan untuk menghadirkan inovasi dalam historiografi.
Jika tren sejarah publik mengabaikan pentingnya konsep-konsep abstrak dalam penelitian sejarah, maka perdebatan yang melahirkan kemajuan ilmiah bisa terhenti.
BACA JUGA:Resep Bakso Goreng Anti Gagal: Daging Terasa dan Renyah di Luar