REL, Muratara - Fenomena demam emas kembali mengguncang Kelurahan Muara Rupit, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan.
Dalam beberapa pekan terakhir, ratusan warga terlihat berbondong-bondong menuju tepi Sungai Rupit dengan membawa peralatan sederhana untuk mendulang emas.
BACA JUGA:Tambang Emas Terbesar di Indonesia di Bogor: Gunung Pongkor
Kabar tentang temuan butiran emas di sepanjang aliran sungai ini semakin memicu euforia di kalangan masyarakat setempat.
Zainal (45), seorang warga yang ditemui di lokasi mendulang pada Rabu (6/11), mengungkapkan bahwa ia sudah mulai mencari emas sejak subuh hingga sore setiap harinya
"Saya dengar kabar dari teman kalau ada yang menemukan emas di sungai. Sejak itu kami semua mencoba peruntungan," ujar Zainal sambil menyaring pasir dan kerikil menggunakan alat dulang tradisional.
Meskipun proses mendulang tidak selalu membawa hasil yang besar, beberapa warga mengaku mendapatkan butiran emas yang cukup berharga.
Yanti (39), salah satu warga lainnya, menjelaskan bahwa hasil yang diperoleh bervariasi, namun masih memberikan harapan.
"Kadang dapat sedikit, kadang banyak. Tapi ini lebih baik daripada tidak ada tambahan pendapatan sama sekali," ungkapnya.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, banyak warga yang berhasil mendapatkan butiran emas murni dengan berat mulai dari satu gram hingga lima gram per hari, dengan kadar 90 persen.
Dengan harga emas yang tengah melonjak di pasaran, setengah gram emas dihargai sekitar Rp821.500, sementara satu gram emas bisa dihargai hingga Rp1.543.000.
"Mereka biasanya kumpulkan dulu emas yang didapat selama satu sampai tiga hari, lalu dijual ke Singkut, Jambi. Harganya tinggi, untuk kadar 90 persen bisa mencapai satu juta lebih per gram," tambah Yanti.
Meski memberikan harapan bagi perekonomian warga, demam emas ini juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemerintah setempat.
Camat Rupit, Muktaridi, mengatakan bahwa meski kegiatan ini bisa dianggap sebagai berkah bagi masyarakat, pihaknya tetap mengingatkan warga untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keselamatan.
"Kami menghimbau warga agar berhati-hati saat mendulang emas, jangan menggali di dekat jembatan atau tebing sungai yang rawan longsor.
Semua aktivitas harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak lingkungan dan tidak membahayakan keselamatan," jelasnya.
Muktaridi juga menambahkan bahwa pihak kecamatan sedang berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk memastikan bahwa kegiatan mendulang ini tidak menimbulkan masalah hukum dan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem sungai.
Fenomena demam emas ini tidak hanya menarik perhatian warga setempat, tetapi juga menjadi daya tarik bagi masyarakat luar daerah yang melintas.
Aktivitas mendulang emas secara tradisional ini kini mendominasi beberapa titik sepanjang aliran Sungai Rupit dan Sungai Rawas.
Meskipun risiko dan tantangan yang dihadapi tidak kecil, semakin banyak warga yang tergiur untuk mencari peruntungan di sungai yang mengalir di wilayah tersebut. (*)