Mengenal Tradisi Carok dan Fakta Pembacokan Relawan Pilkada di Sampang Madura
REL, BACAKORAN.CO - Istilah "carok" kembali menjadi perhatian publik setelah sebuah insiden pembacokan tragis di Madura menggemparkan masyarakat.
Kejadian ini melibatkan Jimmy Sugito Putra, seorang relawan paslon Pilkada Sampang, yang tewas dikeroyok lima pria bersenjata celurit. Peristiwa ini mengungkapkan bagaimana tradisi carok, meski sudah jarang terdengar, masih membayangi budaya masyarakat di Madura.
Apa Itu Carok?
Carok adalah tradisi duel satu lawan satu menggunakan senjata tajam seperti keris, pedang, atau celurit.
Tradisi ini berasal dari masyarakat Jawa pesisir utara, terutama Madura. Pertarungan carok biasanya dipicu oleh konflik seputar harga diri, seperti masalah perempuan, tanah, atau warisan.
BACA JUGA:Erick Thohir Minta Timnas Indonesia Bangkit Jelang Laga Penentuan Melawan Arab Saudi
BACA JUGA:Nasib Shin Tae-yong di Ujung Tanduk, Dua Legenda Inter Milan Jadi Opsi Pelatih Baru!
Dalam pandangan masyarakat Madura, carok dianggap sebagai cara untuk memulihkan kehormatan yang dirasa tercoreng.
Menurut Universitas Gadjah Mada, carok adalah bentuk ritual pemulihan harga diri yang melibatkan dukungan sosial. Namun, praktik ini kerap menimbulkan korban jiwa, perpecahan sosial, dan citra negatif terhadap masyarakat setempat.
Kronologi Pembacokan Relawan Pilkada Sampang
Peristiwa tragis ini terjadi pada Minggu (17/11/2024) di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Sampang, Madura. Korban, Jimmy Sugito Putra, merupakan relawan dari paslon nomor urut 2, Slamet Junaidi-Ahmad Mahfudz (Jimad Sakteh).
Pembacokan berawal setelah kunjungan Slamet Junaidi ke salah satu kiai di desa tersebut.
Saat itu, terjadi cekcok antara kelompok pendukung paslon nomor 2 dengan warga setempat yang mayoritas mendukung paslon nomor 1, KH. Muhammad Bin Muafi Zaini dan H. Abdullah Hidayat.
BACA JUGA:Wow Wajar Macet, Ternyata Sumatera Selatan dan Jambi Dua Daerah Raksasa Batu Bara Sumatera