RAKYATEMPATLAWANG - Mie instan telah lama menjadi makanan favorit masyarakat karena praktis dan lezat. Namun, banyak mitos beredar mengenai efek buruk konsumsi mie instan, seperti menyebabkan usus lengket, radang usus, hingga usus buntu. Apakah anggapan ini benar adanya?
Menurut dr. Dion Haryadi, seorang dokter yang kerap berbagi edukasi kesehatan, klaim tersebut adalah mitos belaka. Dalam unggahan Instagram-nya pada 19 Mei 2024, ia menjelaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan konsumsi mie instan dengan usus lengket atau usus buntu.
"Mitos ini sudah ada sejak saya kecil dan terus berkembang. Namun, sama sekali tidak ada dasar kesehatan yang mendukung klaim ini," ujar dr. Dion.
Hal senada juga disampaikan oleh dr. Riska Larasati melalui platform Alodokter. Ia menegaskan bahwa penyebab utama usus buntu adalah infeksi bakteri pada rongga usus buntu, yang bisa disebabkan oleh penyumbatan akibat feses atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu. Konsumsi mie instan tidak termasuk dalam faktor penyebab tersebut.
BACA JUGA:Bahaya Makanan Berminyak: Lima Penyakit yang Mengintai Kesehatan Anda
BACA JUGA:35.000 Karpet di Masjidil Haram Dibersihkan dengan Teknologi Canggih dan Ramah Lingkungan
Resiko Konsumsi Mie Instan Berlebihan
Meski tidak menyebabkan usus buntu, konsumsi mie instan yang terlalu sering tetap perlu diwaspadai. Mie instan mengandung sodium tinggi, kalori berlebih, serta nutrisi yang tidak seimbang.
Dr. Dion mencatat bahwa satu bungkus mie instan rata-rata mengandung lebih dari 50% kebutuhan harian sodium, setara dengan 200-300 gram nasi putih dalam hal kalori.
Oleh karena itu, mie instan sebaiknya dikonsumsi dengan tambahan sumber protein dan serat, seperti telur, sayur, atau daging.
"Sebaiknya hindari makan mie instan bersamaan dengan nasi, karena justru menambah jumlah kalori tanpa meningkatkan nilai gizi," tambahnya.
Kesimpulan
Mitos bahwa mie instan menyebabkan usus lengket atau usus buntu tidak berdasar secara ilmiah.
Namun, penting untuk membatasi konsumsi mie instan demi menjaga pola makan sehat dan mencegah risiko kesehatan lain seperti tekanan darah tinggi atau obesitas. (*)