1. Stunting
Stunting merupakan masalah gizi kronis yang cukup umum di Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, umumnya karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Gejala-gejala stunting yakni sebagai berikut.
Postur anak lebih pendek dari anak seusianya.
Proporsi tubuh cenderung normal, tapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya.
Berat badan lebih sedikit untuk anak seusianya.
Pertumbuhan tulang tertunda.
Pada 2022, sebanyak 21,6% balita di Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini sering kali dianggap normal karena alasan keturunan.
Padahal, stunting dapat memengaruhi perkembangan otak, dan mengurangi produktivitas seseorang di usia muda.
Stunting juga meningkatkan risiko pengembangan penyakit tidak menular pada usia lanjut serta salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.
Waktu terbaik untuk mencegah stunting yaitu sejak awal kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak.
Pemberian ASI eksklusif dan gizi seimbang pada balita perlu menjadi perhatian khusus agar anak tidak tumbuh pendek atau stunting.
2. Gizi kurang
Tubuh kurus akibat gizi kurang kerap dinilai lebih baik daripada tubuh gemuk akibat gizi lebih. Padahal, obesitas dan gizi kurang sama-sama berdampak buruk bagi kesehatan.
Masalah gizi kurang di Indonesia sudah bisa terjadi sejak bayi lahir. Ciri utamanya yakni bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Bayi dikatakan mengalami BBLR bila berat badannya ketika lahir kurang dari 2.500 gram (2,5 kilogram).