REL,BACAKORAN.CO – Sebuah prasasti batu kuno yang berisi teks 10 Perintah Allah dalam Perjanjian Lama telah terjual dalam pelelangan dengan harga fantastis. Lempengan batu yang diperkirakan berasal dari era Romawi-Bizantium sekitar 1.500 tahun yang lalu itu laku terjual seharga US$5,04 juta atau sekitar Rp 82,2 miliar, jauh melampaui perkiraan awal yang hanya sebesar US$2 juta atau sekitar Rp 32,6 miliar.
Pelelangan tersebut diselenggarakan oleh rumah lelang terkemuka, Sotheby's, pada Rabu (18/12) waktu setempat. Identitas pembeli dirahasiakan, tetapi diketahui bahwa ia berencana mendonasikan artefak tersebut ke sebuah institusi di Israel.
BACA JUGA:Motor Bebek Menolak Punah: Honda Wave 110 2025 Hadir sebagai Penerus Supra Fit
BACA JUGA:Apakah Laron Bisa Dimakan? Ini Penjelasannya secara Ilmiah
Sejarah Penemuan dan Keberadaan Batu
Batu prasasti ini pertama kali ditemukan pada tahun 1913 selama penggalian jalur kereta api baru di wilayah utara yang kini menjadi bagian dari Israel. Prasasti tersebut ditemukan di dekat situs bersejarah yang mencakup sinagoge, masjid, dan gereja kuno. Tertulis di atasnya 10 perintah dari Alkitab dalam aksara Paleo-Ibrani.
Namun, pada awal penemuannya, nilai sejarah prasasti ini tidak sepenuhnya dihargai. Batu tersebut digunakan sebagai pelapis jalan di luar rumah seseorang selama lebih dari 30 tahun. Prasasti itu diletakkan menghadap ke atas, membuatnya terinjak-injak oleh banyak pejalan kaki, sehingga sebagian besar tulisannya memudar.
Barulah pada tahun 1943, seorang sarjana membeli prasasti tersebut dan menyadari betapa pentingnya nilai religius dan historisnya. Prasasti itu kemudian dikenal sebagai "Dasa Titah Samaria" yang dianggap sebagai teks inti dalam ajaran agama Samaritanisme.
BACA JUGA:Reformasi Distribusi Pupuk Subsidi Butuh Masa Transisi Enam Bulan
BACA JUGA:Lima Pilihan Mobil Terjangkau dan Modern yang Ideal untuk Mahasiswa
Signifikansi Religius dan Budaya
Samaritanisme merupakan agama monoteistik kuno yang berkaitan erat dengan Yudaisme. Namun, penganut Samaritanisme menganggap Gunung Gerizim di Tepi Barat sebagai tempat tinggal Yahweh, berbeda dengan Yudaisme yang memusatkan Gunung Sion sebagai lokasi suci.
Uniknya, prasasti ini hanya mencantumkan sembilan dari sepuluh perintah yang tercatat dalam Kitab Keluaran. Perintah "Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan" tidak ada, dan sebagai gantinya terdapat petunjuk untuk beribadah di Gunung Gerizim, sebuah praktik khas kepercayaan Samaria.
Lempengan ini menampilkan total 20 baris teks yang memuat ayat-ayat dari Kitab Keluaran. Tulisan-tulisan tersebut memiliki signifikansi besar bagi tradisi Yahudi dan Kristen. Rumah lelang Sotheby’s menggambarkan prasasti ini sebagai "landasan hukum dan moralitas" dan "teks dasar peradaban Barat".
BACA JUGA:Reformasi Distribusi Pupuk Subsidi Butuh Masa Transisi Enam Bulan