REL,BACAKORAN.CO - Indonesia, sebagai negara yang terletak di kawasan cincin api (Cincin Api), memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam, termasuk potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan Pantai Selatan Jawa yang dapat memicu tsunami besar dan merusak infrastruktur hingga ke daratan. Jakarta. Untuk mengatasi ancaman ini, Pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam pembangunan infrastruktur yang lebih adaptif dan tahan bencana.
BACA JUGA: Kadin Ajak Pakistan Tingkatkan Kerja Sama di Sektor Pangan, Energi, dan Kesehatan
BACA JUGA: Pengumuman Hasil Seleksi CPNS 2024 di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, menegaskan bahwa kesiapan infrastruktur dalam menghadapi bencana alam harus menjadi prioritas nasional. Dalam konferensi pers yang berlangsung pada Rabu (8/1/2024), AHY menyampaikan, "Infrastruktur harus responsif, harus adaptif. Kita berada di Ring of Fire, ini karunia sekaligus takdir yang mengharuskan kita untuk benar-benar bersiap."
AHY juga menyoroti tantangan pembangunan infrastruktur di daerah rawan bencana yang sering kali berisiko rusak akibat gempa atau bencana alam lainnya. “Ketika kita berusaha membangun infrastruktur di berbagai daerah agar lebih maju, pada saat yang bersamaan, kita akhirnya kehilangan infrastruktur,” ujarnya.
BACA JUGA: Anggaran Perjalanan Dinas Luar Negeri Dipotong 50%, Guru Besar UGM Soroti Efektivitas Kebijakan
BACA JUGA: BLT BBM 2025 Cair Rp300 Ribu, Cek Apakah Anda Penerima dengan NIK Ini!
Di sisi lain, Fahri Hamzah, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), menekankan pentingnya membangun rumah dengan standar konstruksi yang lebih kuat untuk menghadapi ancaman bencana alam, khususnya gempa megathrust. Fahri menyebutkan bahwa gempa dengan kekuatan 7 skala richter sudah cukup meruntuhkan hingga 80% rumah warga. “Mulai sekarang kita akan bertanya-tanya, kenapa banyak rumah masyarakat Indonesia kalau gempa 7 skala richter saja, 80% bisa habis,” kata Fahri.
Fahri juga menegaskan bahwa penelitian terkait bangunan tahan gempa sudah dilakukan pemerintah sejak lama, dan standar konstruksi akan diperketat ke depannya untuk memastikan setiap rumah dibangun sesuai dengan standar tahan gempa yang diakui. “Semua rumah, terutama yang dibangun dengan dukungan fasilitas pemerintah, harus mengikuti standar baru yang tidak hanya tahan gempa, tetapi juga mendukung kesehatan dan kenyamanan penghuninya,” ungkapnya.
BACA JUGA: Durian Musang King: Panduan Lengkap Masa Panen dan Teknik Penanaman
BACA JUGA: Sempat Terhenti, Penelitian Situs Gunung Padang Bakal Dilanjutkan
Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, menyatakan bahwa pemerintah tengah mempersiapkan berbagai langkah mitigasi untuk menghadapi potensi gempa megathrust Selat Sunda yang bisa memicu tsunami dan gempa besar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah bekerja sama dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Korea untuk mempelajari teknologi canggih dalam pembangunan infrastruktur tahan gempa. “Kami sudah banyak berbicara dengan negara-negara yang memiliki teknologi ini seperti Jepang dan Korea,” ujarnya.
Meski begitu, Dody mengakui bahwa pengembangan teknologi tahan gempa di Indonesia masih dalam tahap awal, dan saat ini mereka sedang mengembangkan prototipe untuk berbagai jenis infrastruktur, termasuk bangunan, jembatan, dan bendungan. “Kita masih dalam proses pengkajian untuk infrastruktur tahan bencana, bersama kementerian terkait,” kata Dody.
BACA JUGA: Pengumuman Hasil Seleksi CPNS 2024 di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap