REL - Banyak destinasi wisata yang berlomba-lomba menarik lebih banyak wisatawan, namun seiring berjalannya waktu, fenomena overtourism (lebihan jumlah wisatawan) mulai memberi dampak buruk pada lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat setempat.
Salah satu contoh nyata dari dampak ini dapat dilihat di Spanyol, khususnya di kota-kota besar seperti Malaga, Barcelona, dan Palma. Berbagai kebijakan hiburan wisatawan mulai diterapkan untuk mengurangi efek negatif dari wisata massal ini.
BACA JUGA: Guru ASN Golongan Ini Batal Terima Tunjangan Sertifikasi Tahun 2025
Kasus di Costa del Sol dan Malaga: Costa del Sol, yang terletak di Spanyol, merupakan salah satu tujuan wisata paling populer.
Namun, protes besar dari warga lokal tentang tingginya jumlah wisatawan memaksa pihak yang berwenang untuk mengambil langkah-langkah drastis.
Di Malaga, ibu kota Costa del Sol, pemerintah setempat telah melarang pendaftaran baru untuk akomodasi liburan di 43 distrik, termasuk area-area populer seperti pusat bersejarah Malaga, El Ejido, dan La Merced.
Kebijakan ini dimulai pada 14 Januari 2025 dan bertujuan untuk membatasi jumlah wisata hotel selama tiga tahun ke depan, dengan kemungkinan perpanjangan.
Dampak Overtourism terhadap Perumahan: Salah satu alasan utama penangkapan ikan ini adalah penggunaan sejumlah besar perumahan keluarga di Malaga sebagai liburan liburan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 8% dari total hunian keluarga di beberapa kawasan digunakan sebagai tempat menginap bagi wisatawan.
Hal ini menyebabkan krisis perumahan yang mengancam kesejahteraan masyarakat lokal.
Oleh karena itu, langkah-langkah diambil untuk melindungi warga dari dampak negatif pariwisata terhadap kehidupan sehari-hari mereka.
BACA JUGA: Tunjangan Sertifikasi 2025 Sudah Ada di APBN, Simak Uraian Besarannya, Guru non-ASN Juga Kebagian
Reaksi Masyarakat Lokal dan Pemerintah: Kebijakan perbankan bukanlah hal baru di Spanyol.
Di Barcelona, misalnya, ketegangan antara penduduk dan wisatawan meningkat pada tahun lalu.
Warga setempat bahkan menggunakan mainan pistol untuk menyemprotkan udara kepada para turis sebagai bentuk protes.