Oleh: Dahlan Iskan
Lebih 20 orang Tionghoa saya kirimi pertanyaan: mana yang lebih meriah, Imlek tahun ini atau tahun lalu.
Hanya dua yang menjawab lebih meriah tahun ini. Salah satunya teman Tionghoa dari Semarang.
"Tahun ini banyak acara di Semarang. Terutama di Pasar Imlek Semawis," ujar Gouw Ivan Siswanto, pengusaha muda nan sukses di Semarang.
"Apalagi tahun ini tidak ada banjir di Semarang. Prestasi besar Mbak Ita yang akan mengakhiri jabatan sebagai wali kota Semarang," katanya.
Satunya lagi pengusaha besar di Surabaya: Teguh Kinarto. Teguh termasuk raja real estate. Ketua Lions Club se-Indonesia. Juga ketua Paguyuban Tulang Rusuk yang terkenal di lingkungan umat Katolik.
Mungkin suasana hati Teguh lagi bahagia. Bisa kumpul dengan semua anak-cucu dalam keadaan lebih segar dan sehat. Ia rajin stem cell. Di mana ada yang terbaru ia datangi. Pun sampai ke Taiwan. Ia begitu mengutamakan kesehatan. Dua tahun lalu, saya lihat, wajah dan badannya tidak sesegar sekarang.
Yang terbanyak menjawab: lebih meriah tahun lalu. "Mungkin karena tahun lalu Tahun Naga," ujar Liong Pangkey, aktivis barongsai asal Gorontalo.
Banyak juga yang menjawab: tahun ini kurang meriah karena banjir di mana-mana. Hujan memang turun merata. Di malam tahun baru. Deras. Lama. Saya sendiri terjebak kemacetan parah di Kelapa Gading, Jakarta.
Saya meninggalkan acara pukul 21.00. Langsung kena banjir. Macet total. Tidak bergerak selama dua jam. Menjelang pukul 00.00 baru tiba di SCBD. Menyesal. Mending tetap di tempat acara: ada musik live dan banyak makanan.
Tapi salah satu teman saya, Ailing, harus cepat pulang. Ia harus sembahyang di tepat pukul 00.00. Begitulah umumnya orang Tionghoa. Di malam tahun baru Imlek, setelah kumpul dan makan bersama keluarga, mereka siap-siap kiyamul lail --sembahyang tengah malam.
"Kalau teman-teman yang saya tanyakan tadi, lebih dari 10 org bilang bahwa Imlek tahun ini biasa-biasa saja, mungkin karena Makassar dua hari ini hujan keras," ujar Nova, wanita vegetarian dari Makassar
Andre So sembahyang di Kelenteng di Tulungagung. "Saya kaget sekali. Tahun ini hanya ada 9 atau 10 orang dari empat keluarga," katanya. Andre lulusan Taiwan. Ia yang ikut mengurus beasiswa sekolah di Tiongkok di yayasan yang saya pimpin.
"Omzet angpao anak-anak juga menurun," ujar Indri di Alam Sutra Jakarta. "Anak-anak yang saya tanya, tahun ini hanya dapat angpao separonya tahun lalu," katanyi.
Dia menduga ekonomi tahun ini lebih lesu. "Saya lihat orang-orang yang pakai baju Imlek warna merah juga sangat berkurang," tambahnyi.
Ada juga yang menjawab begini: "Imlek tahun ini lebih serasa Lebaran. Di mana-mana ramai. Bukan hanya merayakan Imlek tapi lebih karena liburan," ujar De-Reno, pendeta yang sekarang jadi produsen animasi Minilemon.