BACA JUGA:Bersiap Luncurkan Program Bedah Rumah Serentak
Keberadaan virus ini telah terkonfirmasi pada beberapa spesies mamalia kecil seperti tikus punggung merah dan tikus kecil.
Namun, virus ini kemungkinan juga tersebar luas pada mamalia kecil di Alaska sehingga kemungkinan ada lebih banyak kasus lagi yang belum terdeteksi.
Meskipun cara penularan virus dari hewan ke manusia belum sepenuhnya jelas, kemungkinan besar penyebabnya adalah kontak langsung dengan mamalia kecil atau hewan peliharaan yang berinteraksi dengan mamalia liar.
Itulah mengapa, penting untuk menjaga kebersihan dan menghindari kontak langsung dengan hewan liar atau yang berpotensi menjadi pembawa virus untuk mengurangi risiko terinfeksi.
Bagi masyarakat Indonesia, mungkin lebih familiar dengan cacar air atau cacar monyet yang sudah cukup banyak kasusnya. Namun, tidak menutup kemungkinan jika cacar Alaska juga bisa terjadi di kemudian hari.
Itu sebabnya, kamu harus tetap waspada dan lakukan tindak pencegahan. Terutama untuk kelompok rentan, seperti anak dan lansia.
Pasalnya, ada Perbedaan Cacar pada Orang Dewasa dan Anak-Anak, sehingga kelak penanganannya akan berbeda.
Gejala Cacar Alaska
Gejala yang timbul akibat infeksi cacar alaska meliputi terbentuknya lesi pada kulit, pembengkakan kelenjar getah bening, serta nyeri pada sendi atau otot.
Lesi yang muncul dapat bervariasi dalam ukuran dan jumlahnya, namun sering kali dikira sebagai gigitan serangga atau luka ringan pada awalnya.
Mayoritas pasien mengalami sakit ringan yang dapat sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu tanpa memerlukan penanganan khusus.
Namun, perlu kamu ketahui bahwa terdapat risiko komplikasi yang lebih serius, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah.
Kasus yang melibatkan pasien dengan kondisi imunokompromisasi dapat berkembang menjadi penyakit yang parah dan berujung pada kematian.
Walau belum dikenal luas, cacar alaska tetap membutuhkan sebuah perhatian serius dalam kesehatan masyarakat.
Penting untuk mendapatkan pengetahuan tentang virus ini untuk mencegah penyebarannya sekaligus memberikan penanganan yang tepat bagi individu yang terinfeksi. (*)