Berdiri anggun di Jalan Udayana, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan, pendidikan, dan wisata religi.
Arsitekturnya menggabungkan desain modern dengan ornamen khas Sasak, mencerminkan harmoni antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam.
Salah satu daya tarik utama adalah menara setinggi 99 meter yang melambangkan jumlah Asmaul Husna.
Sayangnya, menara ini masih belum bisa diakses publik sejak gempa 2018 dan menunggu perbaikan lebih lanjut.
Kompleks masjid dilengkapi dengan toko oleh-oleh Islami, pusat kuliner halal, serta ruang terbuka yang luas untuk bersantai.
Masjid ini menjadi simbol religius sekaligus destinasi wisata yang memperlihatkan wajah modern Kota Mataram yang berakar pada nilai-nilai spiritual dan budaya.
5. Taman Mayura: Menyusuri Jejak Kerajaan Karangasem
Taman Mayura adalah destinasi yang sarat nilai sejarah dan budaya. Taman ini dibangun pada tahun 1744 oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah dari Kerajaan Karangasem Bali, dan pernah menjadi pusat pemerintahan serta spiritualitas di masa lalu.
Di tengah taman terdapat kolam besar yang tenang dengan balai kambang (paviliun) di tengahnya.
Dulu, balai ini digunakan sebagai tempat pertemuan, pengadilan, atau musyawarah kerajaan. Arsitektur taman sangat kental dengan nuansa Bali-Lombok, lengkap dengan gerbang batu, pura kecil, dan jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang.
Tiket masuk ke taman ini hanya Rp 5.000. Suasananya yang damai membuatnya cocok untuk meditasi, relaksasi, maupun kegiatan wisata edukatif tentang sejarah lokal. Bagi pecinta sejarah, Taman Mayura adalah tempat yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Mataram.
Dengan keberagaman destinasi yang ditawarkan, Kota Mataram membuktikan diri sebagai kota yang tak hanya bergerak dalam roda pemerintahan, tetapi juga menjadi rumah bagi warisan sejarah, budaya, religi, dan keindahan alam yang harmonis.
Lima tempat wisata ini hanyalah permulaan dari keajaiban yang bisa dijelajahi di jantung Pulau Lombok.***