Kepentingan Umum

Rabu 28 Feb 2024 - 21:46 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Mael

Oleh: Dahlan Iskan

DUA capres didukung oleh pemilik media yang begitu besar. Dua-duanya gagal masuk putaran dua. Satu capres lagi tidak didukung pemilik media: perolehan suaranya mengejutkan, 60 persen. 

Walhasil, media sebagai kekuatan besar sudah jadi ''omon koson'' –jiplak istilah populer di debat capres.  

Semua orang kini punya medianya sendiri-sendiri. Independen. Hilanglah adagium lama: siapa menguasai media ia/dia menguasai dunia. Omon koson.  

Hilang juga kebanggaan lama: mendirikan pers sebagai alat perjuangan. Matilah sudah: pers perjuangan. pers perjuangan juga omon koson. 

BACA JUGA:Galakkan Penanaman Cabe dan Jenis Tanaman Dapur

BACA JUGA:Pelaku Penganiayaan Diamankan Satreskrim

Berjuang untuk ''membela kepentingan umum'' sudah lewat. ''kepentingan umum'' sudah kalah oleh ''kepentingan diri sendiri''. Doktrin ''what it mean to us'' sudah kalah dengan ''what it mean to me''. 

Mulai hilangnya makna ''what it mean to us'' sekaligus berarti hilangnya prinsip gotong royong dalam budaya lama kita. 

Pahit sekali untuk mengatakan ini: kita sudah kehilangan ajaran gotong royong. Ada yang sudah mengakui kenyataan itu. Ada yang masih mengucapkannya di pidato-pidato. Bahkan masih ada yang  mengharapkan gotong royong digalakkan lagi: demi melestarikan warisan leluhur yang luhur. 

Misi media untuk kepentingan umum sudah benar-benar berakhir. Media hanyalah untuk kepentingan pemilik media. Dulu pun begitu: tapi tidak semutlak sekarang. 

BACA JUGA:Stop Konsumsi Minuman Manis, Peneliti: Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Hati dan Penyakit Hati Kronis Pada Wani

''Kepentingan umum'' jadi barang langka. Ia telah digantikan oleh ''kepentingan diri sendiri''. 

Tentu itu sesuai dengan naluri manusia, salah satunya, adalah serakah. Naluri yang lain: mementingkan diri sendiri.  

Yang masih memberikan harapan adalah: manusia juga punya naluri untuk mendapatkan kehangatan, pengakuan, dan cinta dari orang lain.  

Kategori :