REL, JAKARTA - Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha, bersama Anggota Komite Wasit, Jimmy Napitupulu, dan Purwanto, menggambarkan permasalahan krusial dalam dunia wasit di Indonesia. Salah satu isu utama yang diungkapkan adalah keterlambatan Indonesia selama dua dekade dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Tisha, salah satu permasalahan krusial adalah kurangnya penilai wasit atau referee assessor. Indonesia baru memiliki referee assessor sejak 2017, sementara negara lain telah melakukannya sejak lama. Saat ini, jumlah referee assessor di Indonesia masih terbatas, hanya 25 orang dengan kualitas yang bervariasi.
Purwanto menekankan bahwa tugas utama referee assessor PSSI adalah mengawasi kinerja wasit dalam kompetisi. Mereka mengumpulkan masalah kepemimpinan wasit di Indonesia sebagai bahan pembelajaran. Pentingnya peran mereka sebagai pengontrol kualitas sepak bola Indonesia menjadi sangat vital.
Dalam diskusi wasit yang diadakan oleh PSSI, Purwanto menegaskan bahwa wasit yang melakukan pelanggaran tidak boleh langsung disanksi. Sebaliknya, mereka harus mendapatkan pembinaan untuk meningkatkan kualitasnya. Jika setelah pembinaan belum terjadi perubahan, barulah sanksi akan diberikan.
BACA JUGA:7 Manfaat Rumput Belulang untuk Kesehatan Tubuh
Jimmy memberikan perbandingan dengan pemain sepak bola, mengatakan bahwa seperti pemain yang melakukan kesalahan dalam permainan, wasit juga memerlukan pelatihan terus-menerus. Namun, dia menyadari perbedaan antara Indonesia dan negara seperti Jepang, di mana wasitnya profesional dan dapat mengontrak klub.
Kesimpulannya, pernyataan dari para tokoh PSSI ini menggambarkan tantangan serius yang dihadapi wasit di Indonesia, terutama terkait kurangnya jumlah dan kualitas referee assessor. Upaya pembinaan dan pengawasan kinerja wasit menjadi kunci untuk meningkatkan standar sepak bola Tanah Air. (*)