Rel, Bacakoran.co – Fenomena anak muda berbicara kasar, jorok, dan kotor kian marak di ruang publik, khususnya media sosial.
Menanggapi hal ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menyampaikan keprihatinannya dalam acara “Pak Menteri Menyapa Guru Bahasa Indonesia” di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Mu’ti menyoroti merosotnya keadaban berbahasa di kalangan generasi muda dan masyarakat secara umum. Ia menyebut, kata-kata kasar dan tidak pantas kini dianggap biasa oleh sebagian besar orang.
“Orang berbicara kata-kata kasar, jorok, dan sejenisnya itu sudah sangat biasa,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Mendikdasmen Juga Jadi Korban Komentar Kasar
Mu’ti juga mengungkapkan bahwa ia kerap menerima komentar bernada kasar di media online. Komentar tersebut sering kali muncul di kolom berita yang memuat pernyataannya sebagai Mendikdasmen.
BACA JUGA:Waspada! Curanmor Sasar Masjid!
BACA JUGA:Maling Motor di Perumahan PNS Nyaris Diamuk Massa
“Komentar di bawah berita itu penuh dengan bahasa-bahasa yang tidak menggambarkan keadaban kita sebagai bangsa,” ujar Mu’ti.
Menurutnya, banyak dari komentar tersebut tidak hanya melanggar adab, tapi juga menunjukkan rendahnya empati sosial. Ia menegaskan bahwa bahasa mencerminkan pikiran dan hati seseorang, serta bisa menimbulkan konflik jika digunakan secara sembrono.
Keadaban Bahasa, Cerminan Bangsa
Mu’ti merujuk pada data riset Microsoft Digital Civility Index (DCI) tahun 2021, yang menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara dalam tingkat kesopanan digital, dan menjadi negara dengan kesopanan terendah di Asia Tenggara.
“Masalah keadaban dalam berbahasa ini juga merupakan bagian dari keadaban digital yang kini menjadi sorotan dunia,” tambahnya.
Ia berharap melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, sekolah dapat menguatkan kembali pelajaran adab berbahasa kepada siswa. Menurutnya, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga identitas bangsa.
“Bahasa menunjukkan bangsa. Kualitas bahasa mencerminkan kepribadian dan keadaban bangsa,” tegas Mu’ti.