Kafe Kaifa

Senin 08 Apr 2024 - 21:34 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Mael

Heran, di Madinah, yang posisinya di utara Kakbah, matahari juga terbit dari timur. 

"Gunung-gunung batu itu sebentar lagi pasti akan dihancurkan. Untuk perluasan Madinah," ujar Mas Bajuri. 

"Jangan," tukas saya. Cukuplah Madinah seluas sekarang. Kalau pun melebar jangan menghancurkan pegunungan batu itu. Kelak gunung itu akan jadi kekayaan alam yang tidak bisa dibeli. 

Kalau di Tiongkok ada gunung batu sedekat kota seperti Madinah pastilah sudah disulap jadi emas. Pasti akan ada lampu sorot aneka warna di waktu malam.  

Aneka cahaya akan menyorot puncak-puncaknya yang magis. Sekalian untuk pertunjukan cahaya. 

Agak di luar kota Madinah saya lihat sudah ada satu gunung batu yang dibuat seperti itu. Masuklah kota Madinah malam hari. Satu lampu sokle sangat kuat menyorot sebuah puncak gunung batu yang tinggi nan besar. Satu warna cahaya. Itu saja sudah menakjubkan. 

Kelak bisa jadi satu puncak satu warna. Puncak lain warna lain lagi.  

Siapa tahu kelak tur di sela umrah dilakukan malam hari. Dari pada tur umrah yang hanya itu-itu saja: kebun kurma. 

Saya tentu cukup sekali saja ke kebun kurma. Lima tahun lalu itu. Yang di situ terlalu banyak makan kurma mentah. Sampai pencernaan saya terganggu luar biasa. Aorta saya pun pecah. Anda sudah tahu ceritanya --pun sebelum saya tulis. 

Setelah usai subuh ke Kafe Kaifa, malam harinya saya ke sana lagi: kali ketiga. Ingin tahu suasana malamnya yang gemerlapan. Juga ingin beli roti channai --sebagai penebus dosa roti pratta. 

Naik kelasnya kota Madinah sekarang ini bisa jadi ikut membawa perubahan perilaku jamaah umrah: mulai malu kalau buang sampah sembarangan. Juga malu kalau tidak ikut tampil indah.(Dahlan Iskan) 

Kategori :