Politik Hati

Selasa 23 Apr 2024 - 19:58 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Mael

Kalau anak Anda menangis terus, tidak usah ke praktiknya. Lihat saja YouTube Prof Hanifah. Ia YouTuber masalah anak-anak. 

Prof Hanifah-lah yang menjadi ketua tim transplantasi hati Harry Wahyu. 

BACA JUGA:Pelaku Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading Ditangkap dan Ditetapkan sebagai Tersangka

BACA JUGA:Gerakan Sinergi Reforma Agraria

Ahli yang lain adalah Prof Dr dr Toar J. M. Lalisang SpB-KBD.  

Prof Toar lahir di Oegstgeest, Belanda 1 Juni 1957. Tapi SMP, SMA di Jakarta. Lalu masuk UI, ambil spesialis bedah di UI, konsultan pencernaan di UI dan jadi guru besar juga di UI (2021). 

Sukses transplant hati Harry ini membuat RSCM/UI sudah tepercaya melakukannya. Tidak harus di luar negeri lagi. 

Tentu yang dilakukan Harry adalah transplant separo hati. Bukan seperti yang saya lakukan 17 tahun yang lalu. 

Awalnya Harry, 54 tahun, kena demam berdarah. Ketika melakukan pemeriksaan diketahuilah bahwa SGOT/SGPT-nya sangat tinggi: di atas 100. Padahal paling tinggi seharusnya hanya boleh 42. 

Itu setahun yang lalu. Harry pun pergi ke Malaka. Berobat ke sana. Orang Minang dan Riau memang suka berobat ke Malaka –seperti orang Medan suka ke Penang. 

Di sana dilakukan pemeriksaan standar. Diketahuilah hatinya membesar. Lalu saluran darahnya juga membesar. Tiga bulan kemudian diminta datang lagi ke Malaka. 

Kedatangannya ke kali ini untuk MRI: diketahuilah hatinya sirosis. Dokter di sana pun merasa aneh. Harry tidak mengidap hepatitis apa pun.  Kok bisa kena sirosis. 

Maka Malaka menyarankan agar Harry transplant. Harus cepat. Dalam satu tahun. Sebabnya: sudah ada kanker di hati Harry. 

Pulang ke Jakarta Harry banyak bertanya ke dokter. Ia punya kenalan dokter di RSCM. Kenalannya itulah yang menjelaskan bahwa kini Indonesia sudah mampu melakukan transplant hati: di RSCM. 

Lalu disarankan segera mencari donor.  

Sang istri mau. "Tapi postur saya terlalu kecil. Tidak cocok," ujar sang istri. 

Kategori :