REL,EMPATLAWANG.BACAKORAN.CO.ID -Kabupaten Empat Lawang menurut cerita rakyat berasal dari kata "empat lawangan," yang dalam bahasa setempat berarti empat pendekar atau pahlawan. Hal ini karena pada zaman dahulu terdapat empat tokoh yang pernah memimpin daerah ini.
BACA JUGA:Daftar Pemenang Beserta Kategori Bujang Gadis Empat Lawang Tahun 2024
Pada masa penjajahan Hindia Belanda, sekitar tahun 1870 hingga 1900, Tebing Tinggi memegang peran penting sebagai wilayah administratif dan pusat lalu lintas ekonomi karena letaknya yang strategis.
Tebing Tinggi pernah diusulkan menjadi ibu kota keresidenan saat Belanda berencana membentuk keresidenan Sumatera Selatan (Zuid Sumatera) pada tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi, dan Palembang. Namun, rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan yaitu Sumatera.
BACA JUGA:Ini 5 Kebiasaan yang Bisa Memicu Penyakit Asam Lambung Kambuh
Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 hingga 1945, Tebing Tinggi berganti nama menjadi wilayah kewedanan dan akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah sekaligus ibu kota bagi Kabupaten Empat Lawang.
Selain pertanian, Kabupaten Empat Lawang memiliki wisata alam seperti Curug Tanjung Alam yang berada di Kecamatan Lintang Kanan dan air Lintang di Kecamatan Pendopo, yang merupakan pertemuan antara air Bayau dan air Lintang.
BACA JUGA:Deri Nahkodai Saka Bakti Husada
Kabupaten Empat Lawang juga memiliki kuliner yang khas dan enak seperti empe, kelicuk, lempeng sagu, duren serabi, kue Suba, lepat, bubur Suro, gonjing, serta gulai Kojo.
Kabupaten Empat Lawang diresmikan pada tanggal 20 April 2007 setelah sebelumnya disetujui oleh DPR dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan Kabupaten Empat Lawang pada tanggal 8 Desember 2006, bersama dengan pembentukan 15 kabupaten/kota baru lainnya. Kabupaten Empat Lawang merupakan pemekaran dari Kabupaten Lahat.
BACA JUGA:Pencuri Batre Modul Tower Sinyal Babak Belur Diamuk Massa
Sebagian besar penduduk Kabupaten Empat Lawang beretnis Lintang Jemulintang (55%), yang bermukim di Muara Pinang, Lintang Kanan, Pendopo, dan Pendopo Barat.
Etnis Pasemah (19%) bermukim di Pasemah Air Keruh, sedangkan etnis Saling (12%) bermukim di Saling. Selain itu, ada juga suku Kikim (5%) yang bermukim di Tebing Tinggi, disusul oleh minoritas suku Jawa, Sunda, dan lainnya (9%).(*)