RAKYATEMPATLAWANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa puncak musim kemarau di Sumatera Selatan (Sumsel) akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Dengan kondisi cuaca yang kering ini, wilayah Sumsel berada dalam ancaman serius kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, menyampaikan pada hari Senin (17/6/2024), bahwa kemarau tahun ini diperkirakan akan lebih pendek dibandingkan tahun 2023 lalu.
"Dari informasi BMKG, puncak kemarau akan terjadi pada Juli-Agustus. Masa kemarau tahun ini lebih pendek dibandingkan 2023 lalu," ujar Sudirman.
BACA JUGA:Menikmati Wisata Religi di Palembang, Kota Tua dengan Ragam Keindahan Budaya dan Sejarah
Pada tahun 2023, karhutla di Sumsel terjadi hampir sepanjang tahun, mengakibatkan kerugian besar.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa luas lahan yang terbakar mencapai 109 ribu hektare.
Karhutla yang melanda Sumsel terutama terjadi di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Banyuasin, Musi Banyuasin, dan beberapa daerah lainnya.
BACA JUGA:Menikmati Libur Panjang Idul Adha, Berikut 10 Destinasi Wisata Terbaik di Sumatera Selatan
Dampak asap dari kebakaran ini tidak hanya dirasakan di Palembang, tetapi juga menyebar hingga ke Jambi dan Riau.
"Kita berharap Karhutla tahun ini tidak sebesar tahun lalu karena puncak kemarau hanya terjadi 2 bulan, berbeda dengan 2023 lalu yang hampir sepanjang tahun," jelas Sudirman.
Untuk mengantisipasi ancaman karhutla, BPBD Sumsel bersama dengan instansi terkait terus melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan.
BACA JUGA:Tolak Perkuat Timnas Prancis di Olimpiade 2024
Masyarakat juga dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas yang dapat memicu kebakaran, seperti membakar lahan secara sembarangan.
Diharapkan dengan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat, serta informasi cuaca yang akurat dari BMKG, Sumsel dapat mengurangi risiko dan dampak dari kebakaran hutan dan lahan pada tahun ini.(*)