Peneliti belum berhasil mengetahui apa yang menjadi penyebab timbulnya hubungan ini.
Namun, kegiatan dalam bermedia sosial diduga bisa memicu gairah emosional, kognitif, dan fisiologis otak, sehingga membuat para remaja merasa segar hingga melupakan tidur.
Sementara itu, beberapa remaja justru sudah mengalami kesulitan tidur sehingga memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan menggunakan medsos sampai bisa kembali tidur.
Kalaupun tidak termasuk di antara dua golongan di atas, menjadi pengguna pasif hanya dengan melihat media sosial tetap bisa mengganggu jam biologis tubuh akibat cahaya biru (blue light) yang terpancar dari gadget.
Saat menghabiskan waktu untuk main HP sebelum tidur, pancaran sinar terang dari ponsel meniru sifat cahaya alami matahari.
Akibatnya, jam biologis tubuh menganggap cahaya ini sebagai sinyal bahwa hari masih pagi sehingga produksi melatonin yang mengatur pola tidur jadi terganggu.
Seperti dua sisi mata uang, pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental remaja tidak selalu berupa dampak negatif, tetapi juga positif.
Menjadi pengguna aktif dalam berbagai platform media sosial bisa memberikan pengaruh positif pada kesehatan mental remaja, yang meliputi berikut ini.
Merasa terlibat dalam bermasyarakat.
Tidak merasa sendirian.
Memperluas lingkungan pertemanan.
Lebih mudah mencari dukungan dari orang lain,
Lebih bebas mengekspresikan diri.
Mengetahui kabar yang lebih luas dan terkini.
Memiliki harapan baru.
Pada akhirnya, baik-buruknya dampak media sosial pada tumbuh kembang remaja akan bervariasi pada setiap orang.