Sebab yang pasti, apabila pelaku terus melarikan diri dan melakukan perlawanan, anggotanya akan menggunakan senjata api (senpi) yang ada. ”Guna menghindari hal-hal yang sifatnya membahayakan anggota kami,” tegas alumni Akpol 1996, itu.
Pria asal Semarang itu juga prihatin dalam satu minggu ini telah terjadi 3 kasus pembunuhan. Dua di antaranya, sudah berhasil diungkap Unit Pidum-Tekab 134 Satreskrim Polrestabes Palembang. “Semuanya ini bermotifkan dendam dan sakit hati antara korban dan pelaku,” tuturnya.
Tingginya kasus pembunuhan ini, karenakan kebiasaan masyarakat yang masih membawa pisau di pinggang. Karena itu selain operasi yang dilakukan kepolisian, menurut Harryo terpenting juga bagaimana bisa mengubah tradisi dan juga budaya pisau di pinggang. “Ini tidak mudah, namun ini harus terus kita lakukan," tegasnya. (*)