Wajib Diketahui, Ini Ritual Gandulan dan Filosofi Daun Pepaya Penolak Bala Gunung Slamet
-Doc/Foto.Ist-
Masyarakat membiasakan diri untuk dapat bertahan dalam kondisi bencana jika itu terjadi.
BACA JUGA:PDIP Belum Tentukan Dukungan ResmBACA JUGA:Fajar Febriansyah Nakhodai Pemuda Muhammadiyah Sumsel
Diharapakan dengan membiasakan diri mengkonsumsi sayur berbahan pepaya muda dan daunnya warga tidak akan kaget untuk hidup dalam kondisi keprihatinan.
Sebagaimana kita ketahui pohon pepaya mudah didapat dan berharga relatif murah bahkan di desa tidak perlu membeli.
Pepaya merupakan buah dengan tingkat nutrisi yang tinggi sehingga dengan mengkonsumsi sayur gandul atau pepaya warga akan mempunyai stamina yang cukup saat menghadapi bencana.
Sementara itu kata gandul sebagaimana telah disebutkan di atas mempunyai makna sebagi doa agar status Gunung Slamet yang waspada aman tetap nggandul atau menggantung tidak meningkat menjadi kondisi yang membahayakan.
Seperti disampaikan sebelumnya, warga Banyumas, Jawa Tengah, terutama yang berada di selatan lereng Gunung Slamet beberapa waktu lalu menggelar doa bersama atau tradisi " Gandulan".
BACA JUGA:Masyarakat Antusias Rayakan HUT RI dengan Berbagai Lomba Seru
BACA JUGA:Seru dan Tak Biasa, Ini 7 Ide Lomba 17 Agustus untuk Rayakan Hari Kemerdekaan
Tradisi ' Gandulan' dilakukan setelah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meningkatkan status Gunung Slamet dari level normal menjadi level waspada sejak Kamis (19/10/2023) pukul 08.00 WIB.
Tradisi 'Gandulan' adalah tradisi yang dilakukan warga yang berharap Gunung Slamet tidak meletus besar dan menebar bencana.
Sukinah (50) warta RT 01, RW 02, Desa Kedungmalang, menambahkan tradisi doa bersama ' Gandulan' merupakan inisiatif warga.
Sehingga makanan yang disediakan seperti oseng gandul, nasi, dan menu makanan lain hasil swadaya warga. "
Ini murni inisiatif warga untuk doa bersama menjaga keselamatan dari bencana," ungkapnya.