Nilai Tukar Rupiah Tergelincir di Tengah Fluktuasi Pasar Valuta Asing
Ilustrasi. Foto: dok/Ist.--
REL , - Pada Jumat pagi, 9 Agustus 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penurunan signifikan di pasar antarbank Jakarta. Kurs rupiah tergelincir sebesar 44 poin atau 0,28 persen, menjadi Rp15.938 per dolar AS, dari posisi sebelumnya yang tercatat sebesar Rp15.894 per dolar AS. Perubahan ini mencerminkan dinamika yang kerap terjadi dalam pasar valuta asing, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi baik dari domestik maupun global.
Penurunan nilai tukar rupiah ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berlanjut. Salah satu faktor utama yang dapat memengaruhi nilai tukar adalah pergerakan ekonomi di negara-negara besar, terutama Amerika Serikat.
Dengan dolar AS yang sering kali dianggap sebagai mata uang safe haven, perubahan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh berbagai indikator ekonomi seperti laporan pekerjaan, inflasi, dan kebijakan moneter dari Federal Reserve.
Kurs rupiah yang mengalami penurunan ini juga sejalan dengan tren fluktuasi yang telah terlihat dalam beberapa waktu terakhir. Para pelaku pasar dan investor akan selalu memperhatikan pergerakan nilai tukar sebagai salah satu indikator penting dalam membuat keputusan investasi dan perdagangan. Penurunan ini dapat memengaruhi berbagai sektor ekonomi, termasuk perdagangan internasional dan inflasi domestik.
BACA JUGA:Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
BACA JUGA:Pemerintah Pastikan APBN Tetap Berfungsi Sebagai Shock Absorber di Tengah Tekanan Ekonomi
Selain faktor eksternal, nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik. Berita terkait dengan kebijakan fiskal dan moneter, stabilitas politik, dan data ekonomi domestik seperti pertumbuhan ekonomi dan neraca perdagangan dapat berperan penting dalam menentukan nilai tukar.
Ketidakpastian terkait dengan kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi domestik dapat menyebabkan volatilitas pada nilai tukar.
Untuk memahami lebih jauh tentang dampak penurunan nilai tukar ini, penting untuk mencermati dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan. Salah satu dampak utama dari penurunan nilai tukar adalah peningkatan biaya impor. Dengan nilai tukar yang melemah, biaya barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri menjadi lebih mahal, yang dapat memicu inflasi.
Hal ini terutama berdampak pada barang-barang konsumen dan bahan baku industri yang masih mengandalkan impor.
BACA JUGA:Ini Sejarah Kerajaan Sriwijaya! Pertahanan dan Ekonomi Hebat, Kok Bisa Runtuh?
BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Digitalisasi Sektor Asuransi untuk Transformasi Ekonomi
Di sisi lain, penurunan nilai tukar rupiah dapat memberikan keuntungan bagi eksportir. Dengan nilai tukar yang lebih rendah, produk-produk yang diekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional karena harganya yang lebih murah dalam mata uang asing. Ini dapat mendorong peningkatan ekspor dan membantu memperbaiki neraca perdagangan negara.
Pemerintah dan Bank Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kebijakan moneter yang tepat dan intervensi pasar jika diperlukan dapat membantu mengurangi volatilitas nilai tukar dan memastikan stabilitas ekonomi. Selain itu, komunikasi yang jelas mengenai kebijakan ekonomi dan fiskal juga penting untuk membangun kepercayaan di pasar.