Sejarah 'Orang Rantai' di Tambang Batu Bara Ombilin Dikisahkan Lewat Wayang Sawahlunto
Foto: Sejarah 'Orang Rantai' di Tambang Batu Bara Ombilin Dikisahkan Lewat Wayang Sawahlunto--
Wayang Sawahlunto lahir pada 2011, berkat inisiatif dari Sajiman dan pegiat kesenian lainnya yang ingin mengangkat sejarah orang rantai dalam bentuk seni pertunjukan wayang.
BACA JUGA:Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia
BACA JUGA:Kekalahan Menyakitkan dari China, Jay Idzes Langsung Minta Maaf:
Sajiman yang sebelumnya terlibat dalam pembuatan film tentang orang rantai pada 2007, bersama Sriyanto, seorang dalang dari Universitas Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, mulai merancang cerita dan tokoh yang akan muncul dalam wayang Sawahlunto.
Setelah melakukan riset selama beberapa tahun, mereka mulai mengembangkan wayang Sawahlunto yang menggambarkan berbagai tokoh penting dalam sejarah tambang Ombilin, seperti mandor Belanda, pekerja tambang, dan tokoh perempuan Minang yang dinamakan Bundo Kanduang.
Warisan Budaya dan Asimilasi Etnis di Sawahlunto
Kehadiran orang rantai di Sawahlunto memicu asimilasi budaya yang kaya. Selain bahasa Tangsi—yang merupakan campuran bahasa Indonesia, Jawa, dan Minangkabau—Sawahlunto juga menciptakan kehidupan sosial yang sangat beragam, dengan adanya berbagai etnis seperti Jawa, Sunda, Bugis, Madura, Makassar, Tionghoa, dan Minangkabau.
Kini, meskipun masa penjajahan Belanda meninggalkan luka dan penderitaan, keberadaan orang rantai di Sawahlunto juga menjadi bagian dari identitas kota tersebut.
Keberagaman budaya ini menjadi inspirasi untuk seni pertunjukan seperti wayang Sawahlunto, yang kini tak hanya menjadi pelestarian sejarah, tetapi juga simbol perlawanan terhadap penindasan masa lalu.
Kisah wayang Sawahlunto ini bukan hanya mengingatkan kita pada penderitaan masa lalu, tetapi juga menjadi simbol kekuatan budaya yang dapat bertahan dan berkembang meskipun di tengah penindasan. (*)