Paradoks Sejarah Bengkulu: Jejak Kolonial Inggris di Bumi Rafflesia

Foto: Paradoks Sejarah Bengkulu: Jejak Kolonial Inggris di Bumi Rafflesia--

Salah satu kebijakan populisnya adalah penghapusan sistem perbudakan, yang disambut baik oleh masyarakat Bengkulu.

 Selain itu, Raffles juga menertibkan perjudian dan memberantas kejahatan seperti perampokan, memberikan rasa aman kepada penduduk setempat.

Raffles juga memperkenalkan kesetaraan dalam kesempatan kerja, membuka ruang bagi pribumi untuk ikut serta dalam pembangunan ekonomi. Pendekatannya yang komunikatif dan humanis membuat kebijakannya mendapat dukungan luas.

Konflik dan Traktat London

Namun, tidak semua berjalan lancar. Ada peristiwa besar yang menandai ketegangan antara masyarakat lokal dan Inggris, seperti pembunuhan Residen Thomas Parr pada 1807, yang membuat Inggris membangun tugu peringatan yang masih berdiri hingga kini. Hubungan antara Inggris dan kerajaan-kerajaan kecil di Bengkulu kerap diwarnai konflik.

BACA JUGA:Shin Tae-yong Akui Tantangan Berat Hadapi Jepang:

BACA JUGA:Jaksa Agung Enggan Ungkap Nama Terlibat Temuan Rp1 Triliun di Rumah Mantan Pejabat MA

Perjalanan kolonial Inggris di Bengkulu berakhir dengan Perjanjian London pada 17 Maret 1824, yang mengatur pertukaran Bengkulu dengan Semenanjung Malaya dan penegasan kepemilikan Singapura. 

Sejak saat itu, Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda. Meski kehadiran Inggris di Bengkulu terhenti, jejak sejarah mereka tetap terpatri, meninggalkan warisan yang tak lekang oleh waktu.

Warisan Sejarah: Benteng Marlborough dan Rumah Raffles

Peninggalan Inggris di Bengkulu mencakup sejumlah bangunan bersejarah, seperti Benteng Marlborough yang dibangun pada 1719. 

BACA JUGA:Bukan Sekadar Laga, Ini Dampak Besar Hasil Indonesia vs Jepang pada Peringkat Dunia!

BACA JUGA:Jepang Waspadai 4 Pemain Berbahaya Indonesia di Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026

Benteng ini merupakan struktur kolonial Inggris terbesar di Asia Timur, menjadi simbol keteguhan Inggris dalam mempertahankan Bengkulu.

 Selain itu, Rumah Raffles, yang kini berfungsi sebagai Balai Raya Semarak atau kediaman resmi Gubernur Bengkulu, menjadi saksi bisu masa lalu kolonial.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan