India Mundur dari Dedolarisasi Setelah Ancaman Tarif 100% dari Trump
Doc/Foto/Ist--
Alasan India Mundur dari Dedolarisasi
Keputusan India ini tidak lepas dari kepentingan ekonomi domestik. India menyadari bahwa ketergantungan pada dolar AS masih diperlukan untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonominya. Produk domestik bruto (PDB) India yang tayang akan tertekan jika negara tersebut memaksakan diri keluar dari sistem berbasis dolar.
Langkah ini juga mencerminkan pendekatan pragmatis India terhadap dinamika ekonomi global. Meskipun wacana penggunaan mata uang BRICS terus bergulir, India tampaknya memilih pendekatan yang lebih hati-hati. Pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS tetap menjadi perhatian, tetapi bukan melalui langkah drastis seperti dedolarisasi penuh.
BACA JUGA:Pramono Anung-Rano Karno Unggul 50,07% – Pilgub Jakarta 2024 Berpotensi Satu Putaran!
BACA JUGA:Gol Ademola Lookman Antar Atalanta ke Puncak Serie A
Dampak Global
Keputusan India menarik diri dari dedolarisasi memberikan sinyal bahwa agenda tersebut belum sepenuhnya solid di antara negara-negara BRICS. Sebelumnya, BRICS berencana menciptakan mata uang bersama yang bertujuan mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional.
Namun, dengan mundurnya India, kekuatan kolektif BRICS dalam mendorong agenda dedolarisasi berpotensi melemahkan. Negara-negara lain, seperti Brasil, Rusia, Tiongkok, dan Afrika Selatan, mungkin harus memberikan ulang strategi mereka.
BACA JUGA:Wacana Penghapusan Sistem Zonasi PPDB di Surabaya: Solusi atau Langkah Mundur Pendidikan?
BACA JUGA:10 Pilihan Jurusan Kuliah Tanpa Matematika untuk Anda yang Anti-Angka
Kesimpulan
Ancaman tarif 100% dari Presiden terpilih Donald Trump terbukti efektif dalam menggoyahkan agenda dedolarisasi BRICS. India, yang semula dipandang sebagai salah satu kekuatan besar dalam blok tersebut, kini menyatakan tidak akan terlibat dalam inisiatif pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS.
Keputusan India ini mencerminkan bahwa stabilitas ekonomi domestik dan hubungan dagang dengan AS menjadi prioritas utama. Ke depan, posisi BRICS dalam menciptakan sistem mata uang alternatif akan menghadapi tantangan lebih besar tanpa dukungan penuh dari India***