Nikel Indonesia di Ujung Tanduk: Kebijakan Donald Trump Hantam Industri Mobil Listrik

Pertambangan Nikel Indonesia -Doc/Foto.Ist-

Namun, ini saja sudah cukup untuk mengurangi daya tarik kendaraan listrik di AS, yang pada akhirnya berdampak pada permintaan nikel global, termasuk dari Indonesia.

BACA JUGA:Enchanting Valley: Surga Wisata Baru di Puncak Bogor dengan Pesona Alam dan Hiburan Tak Terlupakan!

Strategi Indonesia untuk Bertahan

Indonesia berusaha keras menjaga posisi di pasar nikel global.

Pemerintah tengah mengejar Perjanjian Dagang Bebas Terbatas Mineral Kritis dengan AS untuk mengamankan akses ke pasar tersebut.

Di sisi lain, beberapa perusahaan tambang nikel domestik mulai mengurangi ketergantungan pada investasi China, dengan harapan menarik minat AS untuk bermitra.

Putra Adhiguna dari Energy Shift Institute mengatakan, “Meskipun pasar AS semakin menantang, Indonesia tetap memiliki peluang, terutama dengan memanfaatkan permintaan dari negara-negara lain seperti Uni Eropa dan China.”

BACA JUGA:Terobosan Pemprov Sumsel! Kurikulum Baru Ini Siap Selamatkan Ketahanan Pangan Lokal

Dampak Geopolitik: BRICS dan Hubungan Dagang Indonesia-AS

Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS menambah lapisan kompleksitas dalam hubungan dagang dengan AS.

Trump, yang dikenal kritis terhadap BRICS, telah mengancam akan memberlakukan tarif tambahan terhadap negara-negara anggotanya.

Hal ini dapat semakin mempersempit peluang Indonesia untuk mengekspor nikel ke AS.

Harapan Masa Depan

Meski kebijakan Trump membawa ketidakpastian, pasar kendaraan listrik global tetap berkembang, dengan China dan Uni Eropa sebagai pemain utama.

Untuk menjaga daya saing, Indonesia perlu memperkuat hilirisasi nikel domestik, meningkatkan efisiensi produksi, dan menjalin kerja sama strategis dengan negara-negara non-AS.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan