Permintaan Batu Bara Eropa Melejit, Harga Melonjak di Tengah Transisi Energi

Doc/Foto/Ist--

Namun, harga rata-rata ini masih lebih rendah dibandingkan US$125,65 per metrik ton pada periode yang sama tahun lalu, mencerminkan tren jangka panjang penurunan penggunaan batu bara di Eropa.

Tantangan Energi Terbarukan: Angin Tak Bertiup Kencang

Di sisi lain, produksi tenaga angin di Uni Eropa tetap stagnan di 477 TWh, meskipun ada dorongan besar dari pemerintah untuk menambah kapasitas baru.

Menurut laporan dari Ember, think tank berbasis di London, kondisi angin yang kurang menguntungkan menjadi salah satu penyebab stagnasi output tenaga angin.

Ini memaksa Eropa untuk mengandalkan sumber energi cadangan seperti batu bara dan gas.

BACA JUGA:Pertamina Resmi Luncurkan Diesel X, BBM Rendah Sulfur Berstandar EURO V

Masa Depan Batu Bara di Eropa: Antara Kebutuhan dan Target Netral Karbon

Meskipun permintaan batu bara melonjak dalam jangka pendek, tren jangka panjang menunjukkan bahwa Eropa tetap berkomitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Laporan Ember mengungkapkan bahwa sejak 2019, Uni Eropa telah berhasil menghindari impor 92 miliar MMBtu gas dan sekitar 55 juta metrik ton batu bara keras dalam sektor listrik.

Lebih lanjut, 11 negara UE telah mengumumkan rencana untuk sepenuhnya menghapus batu bara dari bauran listrik mereka dalam lima tahun ke depan.

Dengan demikian, hanya tujuh negara yang masih akan menggunakan batu bara pada 2030.

Sekitar 34 GW dari 101 GW kapasitas pembangkit batu bara yang masih beroperasi saat ini diperkirakan akan ditutup pada tahun tersebut.

BACA JUGA:Harga LPG 3 Kg Dikabarkan Naik, Pertamina Bongkar Fakta Sebenarnya!

Kesimpulan

Meskipun lonjakan impor batu bara Eropa saat ini mengerek harga, tren jangka panjang tetap menunjukkan penurunan penggunaan bahan bakar ini.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan