Sumsel Diguncang Inflasi Tertinggi Sepanjang Tahun April 2025

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Moh. Wahyu Yulianto. Foto : ist--
REL, Palembang - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami inflasi sebesar 1,39 persen yang andil terbesar dari tarif listrik dan emas perhiasan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Moh. Wahyu Yulianto mengatakan, Sumsel tingkat inflasi nya di 1,39 persen pada April di dorong dari tarif listrik dan harga emas perhiasan.
"Kondisi penyebab inflasi dari dua komoditas ini dan ini tidak hanya berlaku di Sumsel tetapi juga secara nasional," sampainya Jumat (2/5).
Besarnya andil dua komoditas ini, kata Wahyu kalau di gabungkan, emas dan Tarif listrik Andil inflasi nya 1,1 persen.
BACA JUGA:RT dan RW Alun Dua Siap Jalankan Tugas Hingga 2028
"Dua Komoditi ini kita tidak bisa kendalikan sebab juga terjadi secara nasional. Kalau inflasi diluar komoditas ini hanya 0,29 persen saja," ujarnya.
Normal nya, Kata Wahyu inflasi yang terjadi sebelum - sebelumnya karena cabe merah, bawang merah, dll.
"Tetapi dari dua Komoditi ini (tarif listrik dan emas perhiasan) saja sudah sangat tinggi bahkan salah satunya saja 0,8 persen sangat terasa sekali," jelasnya.
Dengan tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi Sumatera Selatan Bulan April 2025 sebesar 1,39 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) sebesar 2,15 persen.
BACA JUGA:Pendidikan Adalah Senjata Untuk Mengubah Dunia
"Jadi April 2025 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Sumatera Selatan sebesar 2,74 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 109,31," ujarnya.
Adapun Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Muara Enim sebesar 4,04 persen dengan IHK sebesar 111,43 dan terendah terjadi di Kota Lubuk Linggau sebesar 2,22 persen dengan IHK sebesar 107,52.
Sementara penurunan harga komoditas ayam potong juga berpengaruh terhadap deflasi tetapi tidak lebih besar dari andil inflasi emas perhiasan dan tarif listrik.
"Penurunan memang tercatat di statistik dari Nilai Tukar Petani (NTP) bahwa penurunan karena stok melimpah di petani sehingga berdampak pada harga di pasar - pasar, dan berdampak pada deflasi yang terjadi," katanya.