Madura Kaili

Madura Kaili.--

Satu bulan anggota Kopassus berlatih di padepokan silat Ciomas. Khususnya anggota Kopassus dari Grup 1.

BACA JUGA:108.9 Gram Sabu dan Pil Ekstasi 134 Butir Dimusnahkan  

Di Sulteng, Farid mendalami sosiologi suku Kaili. Intinya ada di Tadulako. Dari penasaran ''apa itu Tadulako'' Farid menemukan strategi budaya Tadulako.  

Strategi itulah yang membuat Korem Tadulako dan Polda Sulteng akhirnya berhasil mengakhiri secara total konflik Poso dan ikutannya.  

Ketika akhirnya Farid dinaikkan ke jabatan lebih tinggi ia justru menawar: apakah kenaikan itu bisa ditunda dua bulan. 

Ia ingin menuntaskan dulu konflik Poso sampai benar-benar tidak akan berbuntut lagi. Ia senang ketika promosinya ditunda. 

BACA JUGA:Lazio Bangkit dari Kekalahan, Menang 2-0 atas Torino

Saat menjabat Danrem itu Farid menulis buku tentang Tadulako. Sebelum itu ia harus mengadakan beberapa seminar tentang Tadulako.  

Ternyata belum ada ilmuwan yang meneliti budaya Tadulako. Universitas Tadulako pun hanya punya satu literatur tentang Tadulako. Hanya 14 halaman. 

Maka kepalang basah. Rektor Universitas Tadulako menyarankan Farid sekalian ambil gelar doktor Tadulako di Universitas Tadulako. 

April nanti ujian terbukanya dilakukan: ia akan jadi doktor pertama soal Tadulako. Pembimbingnya: Prof Dr Nur Ali, sosiolog di sana. 

Pasca Pilpres kemarin Farid menyelesaikan penelitiannya. Ia keliling ke lembah dan gunung di pedalaman Sulteng. 

Ia sudah biasa menjelajah kawasan konflik itu. Kali ini ia lebih cermat. Setiap titik kunjungan ia upload ke Google. Pun siapa yang ia temui. Bertanya apa saja. Berikut jawaban mereka. 

Kunjungan untuk penelitian ini berbeda dengan kunjungan waktu menjabat Danrem. Waktu itu suasananya membunuh atau dibunuh. 

''Sekarang damai sekali. Saya bahagia melihat malam-malam sepeda motor ramai berlalu lalang di pedalaman,'' katanya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan