Wisata Religi,Menelusuri Jejak Sejarah Masjid Sultan Singapura: Warisan Islam Abadi di Tengah Kota Modern

--
REL,BACAKORAN.CO — Di tengah kemegahan kota metropolitan Singapura, berdiri sebuah simbol keagungan dan keteguhan iman umat Islam yang telah bertahan selama hampir dua abad: Masjid Sultan.
Terletak di kawasan bersejarah Kampong Glam, masjid ini tak hanya menjadi pusat ibadah utama bagi komunitas Muslim lokal, tetapi juga magnet wisata religi internasional, termasuk bagi ribuan wisatawan dari Indonesia setiap tahunnya.
Warisan Sejarah yang Mengakar Kuat
Masjid Sultan dibangun pada tahun 1824 oleh Sultan Hussein Shah, pemimpin pertama Kesultanan Johor-Riau-Lingga yang diakui oleh Inggris sebagai Sultan Singapura.
Masjid ini awalnya dibangun sebagai bentuk penghormatan dari pihak kolonial Inggris kepada Sultan dan komunitas Muslim yang berkembang pesat di wilayah tersebut.
Kemudian pada tahun 1928, bangunan masjid direnovasi total oleh arsitek Denis Santry dari Swan & Maclaren.
Hasilnya adalah masjid dengan desain arsitektur bergaya Indo-Saracenic, lengkap dengan kubah emas besar, menara menjulang, dan jendela-jendela lengkung bergaya Mughal yang kini menjadi ciri khasnya.
Salah satu detail arsitektur yang menarik adalah dasar kubah masjid yang dihiasi oleh botol kaca sumbangan dari umat Muslim miskin pada saat pembangunan—simbol kesatuan dan semangat kolektif dalam beribadah.
BACA JUGA:Menyusuri Keindahan Wisata Religi 2025: Masjid Terapung, Masjid Kristal, dan Masjid Putra
Wisata Religi Modern dan Edukatif
Memasuki tahun 2025, Masjid Sultan semakin aktif memfasilitasi wisata religi yang inklusif.
Wisatawan dari berbagai latar belakang dapat mengikuti tur berpemandu dalam bahasa Inggris, Melayu, bahkan Indonesia.
Tur ini mencakup sejarah masjid, peran Sultan Hussein, serta pengaruh Islam di Asia Tenggara, khususnya di kawasan pelabuhan-pelabuhan strategis seperti Singapura.