Ramu Umar

--
Mereka pun sepakat. Umar ingin menunjukkan sikap barunya. Tidak lagi ekstrem. "Bekerja sama dengan orang Kristen pun tidak apa-apa."
Kini, di usia 59 tahun, Umar mulai usaha bisnis. Bahwa nama bisnis kopinya harus dibaca secara terbalik itu mengandung makna khusus: hidupnya sudah berbalik. Dari menyajikan kepahitan kepada umat manusia ke memberikan kebahagiaan lewat kopi ramuannya.
Di Sidoarjo kini Patek hidup berdua dengan istrinya. Mereka belum dikaruniai anak. Perkawinan itu sudah berumur 27 tahun.
Istri Umar adalah seorang putri sulung pendeta Kristen Katolik di Filipina. Keluarga istri itu tinggal di Kota General Santos.
Sang putri masih kelas II SMA negeri di General Santos. Dia masuk Islam. Ketika orang tua marah, dia justru "lari" ke basis Islam di dekat Kotabat –lima jam naik mobil dari General Santos. Dia meneruskan sekolah SMA di kamp militan Filipina Selatan.
Saat itu Umar sudah bergabung ke kelompok militan Islam di Moro. Begitu mendengar ada gadis yang baru saja lari ke kamp militan, Umar mengatakan ingin mengawini gadis itu. Padahal, Umar belum tahu namanyi. Belum tahu wajahnyi.
Umar langsung menghadap komandan kamp militan. Ia menyatakan ingin mengawini gadis itu. Meski belum melihat sendiri wajah si gadis, hatinya sudah terpikat.
"Saya di sini hanya guru, bukan orang tuanyi," ujar komandan militan di kamp itu. "Kalau mau mengawininyi, harus datang ke orang tuanyi," tambahnya.
Umar pun pergi ke General Santos. Ia menemui orang tua si gadis. Ia melamar.
"Bagaimana mau mengawininyi. Dia masih sekolah SMA," reaksi sang ayah.
"Tidak akan mengganggu sekolah. Setelah pernikahan, seminggu kemudian boleh masuk sekolah lagi," jawab Umar.
Setelah berhasil membuat calon mertua yakin, Umar mengajukan permintaan ke calon mertuanya itu. Yakni, agar mereka bersedia hadir dalam pernikahan mereka.
"Kami diminta hadir ke kamp militan? Mana bisa? Kami ini pendeta Kristen. Kami bisa dibunuh di sana," ujar calon mertua.
Umar pun menjamin keamanan mereka. Maka, saat pernikahan itu, calon mertua datang lengkap dengan saudara-saudaranya. Juga, dua adik calon istrinya.
Umar menyewa sebuah rumah di dekat kamp militan. Mereka bermalam di situ. Sampai hari pernikahan.