Perangko Lelap

Dahlan Iskan.--

Oleh: Dahlan Iskan 

''Pengalaman membentuk ekspektasi''. 

Untuk kembali ke Makkah saya siap mental dapat kursi pojok paling belakang tanpa jendela. Toh saya masih membawa jendela 7-i ke mana-mana. 

''Bahagia adalah mendapatkan kenyataan melebihi ekspektasi''. 

Hari itu saya bahagia sekali: dapat kursi seperti yang saya inginkan. Nomor 6. Sisi kanan. Saya menghindari sisi kiri. Perjalanan bus ini 13 jam. Ke arah barat. Matahari di sisi kiri. 

BACA JUGA:Tiga Pemain Kunci AC Milan Terancam Absen Melawan Empoli

BACA JUGA:Minta PSG Tetap Fokus Hadapi Reims

Begitu masuk bus kebahagiaan saya bertambah-tambah: penumpangnya hanya enam orang. Padahal jendelanya 16. Berarti saya sendiri bisa dapat 10 jendela. Penumpang lain cukup saya beri masing-masing satu. 

Saya langsung duduk bersila di kursi itu. Dua kursi milik saya seorang diri. Hati berbunga-bunga. Apalagi sudah ada kacamata kuda. 

Tiba-tiba saya sedih: alangkah ruginya pengusaha bus ini. Perjalanan 13 jam hanya mengangkut 6 orang. Ini tidak boleh terjadi. Lama-lama rute ini bisa ditutup. Orang seperti saya akan dirugikan. 

Saya juga sudah siap mental: hanya akan melihat padang pasir dan padang pasir. Ternyata tidak. Tidak sama dengan jurusan Madinah-Buraydah. Untuk Riyadh-Makkah terlihat lebih banyak kota-kota kecil. Kampung di tengah padang pasir. 

BACA JUGA:Napoli dan Torino Terkunci di Peta Klasemen Serie A

Mungkin ini rute tradisional sejak kabilah-kabilah zaman onta. 

Tentu saya sering melihat Google Map: sudah sampai di mana. Saya tahan mata ini untuk tidak tidur. Sebentar lagi saya akan menjadi sedikit orang Indonesia yang pernah melihat Wildlife Sanctuary. Namanya: Umm Al Ramth Wildlife Sanctuary. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan