Bocoran Galaxy S26 Ultra: Desain Baru Kok Jadi Kontroversi?
Samsung Galaxy S26 Ultra makin panas dibahas. Desain serba hitam, baterai naik sedikit, hingga fast charging baru bikin seri ini penuh pro dan kontra.-ISTIMEWA-
REL, JAKARTA - Menjelang peluncuran resminya, Samsung Galaxy S26 Ultra makin jadi bahan obrolan hangat. Bocoran demi bocoran muncul dan memantik perdebatan di kalangan pecinta gadget.
Rumor terbesar datang dari Ice Universe yang menyebut S26 Ultra bakal hadir dengan bingkai hitam pekat, menggantikan aksen perak generasi sebelumnya.
Warna serba hitam ini disebut menciptakan ilusi bezel lebih tebal, meski laporan lain menyebut Samsung justru menipiskan bezel di seri terbaru ini.
Tak hanya hitam, Samsung kabarnya menyiapkan warna oranye terang yang mirip opsi pada iPhone 17 Pro, sebagai upaya menyegarkan identitas visual.
Strategi warna baru ini diyakini menjadi senjata Samsung menghadapi persaingan ketat dengan Apple dan brand Android lainnya di segmen flagship.
Pada sisi layar, S26 Ultra masih mengusung kecerahan puncak 2.600 nits, namun kini menggunakan panel OLED M14 yang lebih efisien dan hemat daya.
BACA JUGA:Lima Warga Empat Lawang Pulang Umroh Gratis! Program Saipul Zahri Bakal Berlanjut Tahun Depan
BACA JUGA:Gila! Realme C85 Pro Bertahan dari Mesin Cuci & Air 100°C, Tetap Hidup Tanpa Lecet
Rumor lain dari Tcol Tech menyebut S26 Ultra mendapat fast charging 60W, naik dari 45W, serta wireless charging 25W yang jauh lebih cepat.
Ponsel ini juga dikabarkan mendukung standar Qi2, membuka peluang ekosistem aksesori magnetik seperti MagSafe bagi pengguna Galaxy.
Namun perhatian terbesar jatuh pada baterai. Setelah bertahun stagnan di 5.000 mAh, kapasitas naik tipis jadi 5.200 mAh dan memicu kekecewaan penggemar.
Para fans menilai peningkatan 200 mAh terlalu kecil, apalagi ponsel China sudah ramai menawarkan baterai 6.000–7.000 mAh berbasis karbon silikon.
Dari sektor kamera, seri S26 reguler dan Plus diprediksi masih memakai sensor telefoto 10 MP 3x yang serupa dengan generasi S25.
S26 Ultra kemungkinan memakai sensor berbeda, tapi tetap berada di kelas setara. Meski begitu, peningkatan software digadang-gadang jadi kunci.