Mencerdaskan Guru, Menguatkan Bangsa: Saat Indonesia Mengejar Ketertinggalan Pendidikan dengan Revolusi Kompet

Mencerdaskan Guru, Menguatkan Bangsa: Saat Indonesia Mengejar Ketertinggalan Pendidikan dengan Revolusi Kompetensi Guru-ist/net-

Penguatan pembelajaran mendalam (deep learning).

Semua ini bukan dimaksudkan menjadikan guru sebagai programmer, tetapi sebagai pemimpin pembelajaran yang mampu menggunakan teknologi secara etis, kritis, dan kreatif.

Negara-negara yang berhasil menguasai teknologi pendidikan punya pendekatan yang sama: mereka tidak mengganti guru dengan teknologi—mereka menguatkan guru dengan teknologi.

Mengejar Waktu yang Hilang

Indonesia tidak menutup mata bahwa dalam banyak aspek kita tertinggal jauh. Jepang membangun budaya riset sejak 1970-an, Singapura mengembangkan sekolah berbasis sains sejak 1980-an, sementara Indonesia masih disibukkan dengan urusan dasar.

Namun terlambat bukan berarti tidak bisa mengejar. Dunia pendidikan mengenal momentum perubahan, dan saat ini Indonesia memiliki momentum itu.

Kesejahteraan Meningkat, Profesionalisme Menguat

Langkah besar pemerintah dalam memperbaiki tunjangan guru, menyederhanakan mekanisme penyaluran, serta meningkatkan kualifikasi akademik menjadi bukti bahwa negara kini hadir lebih konkret.

Ratusan ribu guru ASN dan non-ASN kini menerima tunjangan lebih cepat. Ini bukan sekadar urusan administrasi, tetapi simbol bahwa kesejahteraan guru adalah prioritas nasional.

Literasi Teknologi: Bahasa Baru Abad ke-21

Pelatihan koding dan kecerdasan artifisial menjadi program strategis. Guru yang memahami dunia digital akan dapat mengarahkan teknologi menjadi alat pembangunan karakter, bukan perusak nilai-nilai.

Seperti di Jepang, guru dilatih memahami logika algoritmik. seperti di Singapura, coding diajarkan bukan sebagai pelajaran komputer kering, tetapi sebagai cara berpikir.

STEAM yang Murah, Mudah, Mindful, dan Meaningful

Pendekatan STEAM kini didesain tidak bergantung pada laboratorium mahal. Guru bisa memulai dari eksperimen sederhana, lingkungan sekitar, dan rasa ingin tahu murid.

Ini adalah cara paling demokratis untuk mengenalkan sains kepada seluruh anak Indonesia, tanpa memandang status sekolah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan