Terbakar? Dibakar?
Disway.--
Oleh: Dahlan Iskan
RABU lusa, para wartawan di Karo akan menyalakan lilin bersama. Lokasinya: di reruntuhan rumah rekan mereka di Kabanjahe.
Nama rekan wartawan itu: Rico Sempurna Pasaribu. Usia sekitar 45 tahun. Sempurna tewas terbakar di rumahnya bersama istri, anak, dan cucunya.
Para wartawan sudah mendesak agar aparat keamanan mengungkap sejelas-jelasnya: itu kebakaran atau dibakar.
Kecurigaan sengaja dibakar sangat beralasan. Dalam dua minggu terakhir, Sempurna gigih mengungkapkan perjudian sampai backing-backing-nya. Sempurna juga gigih menulis soal peredaran narkoba di Karo.
BACA JUGA:Gaji ke-13 untuk PNS Segera Cair
BACA JUGA:Tiga Desa Rawan Pangan
Karo menduduki posisi ketiga terbesar untuk peredaran narkoba di Sumut. Hanya kalah oleh Medan dan Binjai.
Untuk menulis artikel ini, saya menghubungi wartawan di Kabanjahe: Marko Sembiring Keloko. Marko adalah teman Sempurna. Mereka bersama-sama meniti karir sebagai wartawan. Awalnya sebagai koresponden harian Senior Medan di Karo.
Ketika Marko pindah ke koran Poskota Sumatera, Medan, Sempurna juga pindah ke sana –sebagai wartawan di Karo. Lalu ketika Marko pindah lagi ke Pos Metro 22 Jam, Sempurna pun tetap selangkah.
Setelah tiga kali selalu bersama pindah media mereka berpisah. Marko ke Pos Metro Medan milik grup Jawa Pos. Sempurna pindah ke media online bernama tribratatv.com. Tapi mereka tetap satu kota: di Kabanjahe.
BACA JUGA:Legenda Kapal Karam Flor de la Mar di Perairan Indonesia Masih Menjadi Tanda Tanya Besar
BACA JUGA:Operasi Razia Gabungan di Kota Lubuklinggau, Petugas Dapati 29 Pasangan 3 Diantaranya Dibawah Umur
Hari menjelang tewas itu Marko masih bertemu Sempurna. Mereka sama-sama meliput demo antijudi dan antinarkoba di Karo. Yang melakukan demo adalah tokoh-tokoh agama di Karo: Kristen, Islam, Katolik, Buddha. Jumlah pendemo sekitar 300 orang.