5 Fakta Unik Perang Surabaya 10 November: Mengungkap Sejarah Berdarah yang Jarang Diketahui
Doc/Foto/Ist--
Dalam setiap pidatonya, Bung Tomo selalu mengawali dan mengakhiri dengan seruan 'Allahu Akbar', sebuah panggilan untuk menggalang dukungan dan semangat juang dari masyarakat Surabaya, terutama kiai dan santri.
5. Peran Kiai Abbas dan Santri dalam Perang Surabaya
Kiai Abbas, seorang ulama dari Ponpes Buntet Cirebon, turut serta dalam pertempuran dengan menjadi komandan perang. Beliau tidak hanya memimpin tapi juga mengajak santri-santrinya untuk ikut berjuang mempertahankan tanah air.
Sebelum berangkat berperang, Kiai Abbas membacakan amalan kepada santrinya, dan dari ratusan santri, hanya 80 yang lulus dan ikut dalam pertempuran. Kontribusi mereka menjadi penting, termasuk dalam insiden penembakan Jenderal Mallaby.
BACA JUGA:Rumah Batu Olak Kemang: Warisan Tiga Budaya yang Tersembunyi di Jambi
Kenangan Abadi dari Perang Surabaya
Perang Surabaya, dengan semua kisah heroik dan tragedinya, tetap menjadi kenangan abadi dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia. Ribuan nyawa muda Indonesia melayang, dan ratusan ribu warga sipil terpaksa mengungsi.
Namun, semangat perlawanan yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Bung Tomo, Kiai Abbas, dan para pemuda Surabaya, tetap menyala sebagai simbol keberanian dan keteguhan dalam menghadapi cobaan terberat bangsa ini.
BACA JUGA:Candi Muara Jambi: Mengungkap Kekayaan Budaya dan Sejarah yang Tersembunyi
Sejarah ini tidak hanya mengajarkan tentang perang fisik tetapi juga tentang semangat persatuan dan keberanian melawan penjajahan, yang selalu diingat setiap tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Perjuangan mereka adalah pilar dari identitas dan kemerdekaan Indonesia yang kita nikmati hari ini.
Mari kita terus mengenang mereka yang gugur demi Indonesia merdeka, sebagai penghormatan atas pengorbanan mereka dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya.(*)