Dampak Penghapusan Jurusan di SMA, Kemendikbud: Banyak yang Salah Pilih Saat Kuliah

Ilustrasi .foto : Dok/Ist.--

RAKYATEMPATLAWANG - Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau Kemendikbudristek Anindito Aditomo menyebut, sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai kebijakan yang merusak. 

Sebab, menurut dia, penjurusan itu menciptakan diskriminasi.

"Kebijakan yang merusak. Akhirnya banyak yang salah jurusan (kuliah)," kata Anindito, Kamis, 25 Juli 2024.

Anindito mengatakan para pelajar SMA memiliki kecenderungan memilih jurusannya tidak berdasarkan refleksi bakat dan minatnya. 

BACA JUGA:Guru Honorer Wajib Tau, Ini 6 Syarat Diangkat PPPK dan ASN Secara Langsung

BACA JUGA:Jangan Bakar Hutan, Melanggar Kena Pasal Pidana

Mereka, menurut dia, terhasut oleh gengsi apabila tidak masuk ke jurusan IPA.

Ia menilai, kebijakan penjurusan itu justru memberikan privilege lebih kepada pelajar yang masuk di jurusan IPA. 

"Sehingga berlomba-lomba masuk IPA, hasilnya ada peng-kasta-an," ujarnya.

Anindito mengatakan penjurusan itu tidak membuat para murid mendapatkan gambaran akan rencana studinya di perguruan tinggi. 

BACA JUGA:Potensi Pemekaran: Enam Kabupaten Baru di Provinsi Jambi

BACA JUGA:WOW, Dari 161.216 Pendaftar, Hanya 2,1% yang Lulus Masuk Sekolah Kedinasan

Hal itu membuat kasus mahasiswa salah masuk jurusan di kampus terus ada.

"Ketika kuliah pindah jurusan, itu yang rugi bukan anak, tapi bangsa negara juga," kata Anindito. 

Tag
Share