Produksi Karet Tak Sebanding Luas Kebun

Ilustrasi---

REL, Palembang - Produksi karet di Sumatera Selatan (Sumsel) terus menjadi perhatian utama, terutama dengan luasan perkebunan karet yang mencapai 3 juta hektare. Meskipun demikian, produksi yang belum mencapai 1 juta ton per hektare menimbulkan dampak negatif terhadap pendapatan petani karet di daerah ini.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel, Alex K Eddy, menyatakan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk penurunan produksi karet alam secara signifikan sejak tahun 2017. 

Salah satu penyebabnya adalah wabah penyakit Pestalotiopsis sp atau gugur daun yang menjangkiti perkebunan karet.

"Lebih dari setengah juta hektare kebun karet terdampak penyakit gugur daun, menyebabkan penurunan produktivitas hingga 70%. Ditambah lagi, usia pohon karet yang mayoritas sangat tua dan jarang mendapatkan pupuk," ungkap Alex. 

Kekhawatiran terhadap produktivitas karet semakin diperparah dengan kurangnya pupuk subsidi yang dialokasikan untuk komoditas karet. 

Pupuk merupakan kebutuhan esensial untuk pertumbuhan tanaman, dan kelangkaan serta harganya yang mahal menjadi hambatan utama.

Sementara hasil produksi karet di Sumsel dari tahun 2019 hingga 2021 masih berada di atas 900 ribu ton, pada tahun 2022 mengalami penurunan menjadi 895.033 ton, dan pada tahun 2023 hingga Oktober tercatat hasil produksi 652.110 ton. 

Faktor penyebabnya melibatkan kondisi pohon yang terdampak penyakit dan keterbatasan pupuk.

Gapkindo Sumsel menyoroti beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung keberlangsungan industri karet, termasuk peremajaan yang komprehensif, pemberdayaan petani karet, dan peningkatan fungsi kelembagaan. 

Pihaknya juga berharap pemerintah dapat memberikan perhatian khusus terhadap ketersediaan pupuk bersubsidi untuk mendukung peremajaan dan peningkatan produktivitas.

Ketua Bidang Komunikasi, Publikasi, dan Kampanye Positif GAPKI Sumsel, Anung Riyanta, menambahkan bahwa hilirisasi, termasuk pembangunan infrastruktur yang kompleks, dapat memperkuat sektor karet. 

Adanya infrastruktur seperti Pelabuhan Tanjung Carat diharapkan dapat mengurangi biaya ekspor, meningkatkan daya saing, dan memberikan dampak positif pada harga jual.

Melalui serangkaian upaya ini, diharapkan produksi karet di Sumsel dapat pulih, meningkatkan pendapatan petani, dan menjaga posisi strategisnya dalam industri perkaretan nasional. 

Selain itu, dukungan pemerintah dalam penyediaan pupuk bersubsidi diharapkan dapat menjadi katalisator untuk keberhasilan peremajaan dan pertumbuhan industri karet di masa mendatang. (*)

Tag
Share