REL.BACAKORAN.CO - Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychiatric Research mengungkapkan cara ilmiah untuk meredakan sakit hati akibat putus cinta.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa mengenakan headset seharga £400 (sekitar Rp8,3 juta) beberapa menit dalam sehari dapat membantu meringankan depresi akibat kegagalan dalam hubungan cinta.
Penelitian ini melibatkan 36 sukarelawan yang mengalami sindrom trauma cinta. Mereka memakai perangkat Transcranial Direct Current Stimulation (tDCS), yang menstimulasi otak dengan arus listrik ringan, selama 20 menit sebanyak dua kali sehari dalam lima hari.
Para peserta dibagi menjadi tiga kelompok dengan target stimulasi berbeda: dorsolateral prefrontal cortex (DLPFC), ventrolateral prefrontal cortex (VLPFC), dan kelompok yang hanya memakai headset tanpa stimulasi.
BACA JUGA:Polres Sukabumi Tangkap Tujuh Pelaku Penipuan Modus Penggandaan Uang, Korban Rugi Hingga Rp1 Miliar
BACA JUGA:Pesona Yulius Maulana di Pernikahan Rizal dan Nabila: Banjir Permintaan Selfie dari Emak-emak!
Studi ini menyimpulkan bahwa stimulasi tDCS pada DLPFC dan VLPFC secara signifikan mengurangi gejala trauma cinta, termasuk depresi, kecemasan, dan perubahan suasana hati.
Namun, hasilnya menunjukkan bahwa stimulasi DLPFC lebih efektif dibandingkan VLPFC dalam mengurangi dampak emosional akibat patah hati.
Gejala sindrom trauma cinta, seperti tekanan emosional, insomnia, dan pikiran obsesif, dilaporkan berkurang setelah terapi ini.
Bahkan, satu bulan setelah terapi berakhir, para peserta masih merasakan perbaikan kondisi emosional mereka.
Penelitian ini dilakukan oleh Universitas Zanjan di Iran dan Universitas Bielefeld di Jerman, dan para peneliti berharap hasil yang menjanjikan ini dapat direplikasi dalam studi yang lebih besar di masa mendatang.
BACA JUGA:Jay Idjes Soroti Performa Timnas Indonesia:
tDCS adalah alat neurologi yang memberikan stimulasi langsung ke otak dengan arus listrik lemah (1-2 mA), yang telah digunakan dalam penelitian klinis, termasuk oleh NHS di Inggris, untuk mengatasi depresi ringan.
Peneliti menyebutkan bahwa regulasi emosi menjadi tujuan utama pengobatan trauma cinta, karena emosi negatif yang muncul pasca putus cinta bisa menyebabkan gangguan psikologis yang serius.