Ingat bahwa anak Anda memiliki hak atas privasi mereka sendiri. Seiring mereka tumbuh dewasa, penting untuk meminta izin mereka sebelum membagikan foto atau cerita tentang mereka.
Jika anak Anda merasa tidak nyaman dengan sesuatu yang sudah diposting, pertimbangkan untuk menghapusnya atau mengubah pengaturannya.
5. Batasi frekuensi
Cobalah untuk tidak terlalu sering membagikan konten tentang anak-anak Anda.
Ini tidak hanya untuk menjaga privasi mereka, tetapi juga untuk menghindari ketergantungan pada validasi sosial dari media sosial.
6. Pahami konteks sosial dan budaya
Pertimbangkan bagaimana postingan Anda mungkin diterima oleh orang lain dalam konteks sosial dan budaya.
Misalnya, sesuatu yang dianggap lucu di satu komunitas mungkin dianggap tidak pantas di komunitas lain.
Dengan mengikuti batasan-batasan ini, orangtua dapat menjaga keseimbangan antara berbagi kebahagiaan dan pencapaian anak mereka dengan melindungi hak dan privasi anak.
Dampak sharenting bagi anak
Memahami pentingnya batasan dan tidak berlebihan (oversharing) dalam membagikan informasi dan momen tentang anak bisa membantu menghindari dampak buruk dari sharenting.
Pasalnya, sharenting dapat memiliki dampak yang signifikan bagi anak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi.
1. Kehilangan privasi
Ketika orangtua terus-menerus membagikan foto, video, atau informasi pribadi tentang anak mereka, anak tersebut mungkin kehilangan privasi.
Anak mungkin merasa tidak memiliki kontrol atas bagaimana mereka dilihat oleh dunia luar.
Pasalnya, identitas digital anak terbentuk sejak usia dini tanpa persetujuan mereka, dan ini bisa berdampak pada bagaimana mereka dipandang oleh orang lain di masa depan.