Tekanan Uni Eropa: Google Menghadapi Tantangan Anti-Monopoli

Senin 30 Sep 2024 - 11:17 WIB
Reporter : Edo
Editor : Edo

REL,BACAKORAN.CO - Google kini menghadapi tekanan yang meningkat dari Uni Eropa (UE) terkait dugaan praktik anti-monopoli dalam periklanan bisnisnya. Menangapi situasi ini, raksasa mesin pencari tersebut dilaporkan telah menawarkan untuk menjual unit bisnis pasar iklan mereka, AdX. Namun, tawaran ini ditolak oleh para penerbit iklan di Eropa yang beranggapan bahwa menjual AdX saja tidak akan menyelesaikan masalah yang ada.

BACA JUGA:Viral Pria Diduga Jadi Korban Begal di Ciampea, Polisi Selidiki

BACA JUGA:Polres Natuna Tangkap Buaya Liar Sepanjang Empat Meter yang Masuk Pemukiman Warga

Latar Belakang Kasus

Bisnis teknologi iklan Google telah menjadi sorotan regulator UE sejak tahun lalu, setelah Dewan Publisher Eropa menyampaikan keluhan yang menyoroti model bisnis iklan Google. Komisi Eropa menuduh Google berusaha mempertahankan dominasi di industri iklan digital, yang merupakan kasus keempat yang merugikan perusahaan tersebut. Dalam situasi ini, para pengacara yang terlibat menyatakan bahwa sebelumnya, Google tidak pernah menawarkan penjualan aset bisnisnya ketika menghadapi masalah hukum terkait anti-monopoli.

Penolakan Proposal Google

Para penerbit iklan menolak proposal Google untuk menjual AdX karena mereka menginginkan divestasi yang lebih luas, bukan hanya di marketplace AdX. Mereka menilai bahwa dominasi Google telah merambah ke setiap tingkat pasokan teknologi iklan, yang berarti solusi yang ditawarkan Google tidak cukup untuk menyelesaikan masalah yang ada.

"Seperti yang kami katakan sebelumnya, kasus yang diajukan Komisi Eropa tentang produk iklan pihak ketiga kami merupakan interpretasi yang keliru di sektor teknologi iklan. Industri ini sangat kompetitif dan terus berevolusi. Kami ingin tetap berkomitmen pada bisnis ini," ungkap seorang juru bicara Google, seperti dilansir dari Reuters.

BACA JUGA:Booth MG Roboh di GIIAS Bandung 2024, Penyelenggara dan MG Pastikan Keamanan Pengunjung

BACA JUGA:Kawasaki Brusky 125: Skutik Terbaru yang Mirip Honda Vario, Bakal Cocok di Indonesia?

Dampak dan Implikasi

Komisi Eropa saat ini tidak memberikan komentar mengenai situasi ini, dan Dewan Publisher Eropa juga belum menjawab konfirmasi permintaan. Namun, AdX (Ad Exchange) sendiri merupakan pasar yang memungkinkan penerbit untuk menawarkan ruang iklan (ad space) kepada pengiklan secara real-time. Sebelumnya, Margrethe Vestager, chief anti-monopoli Uni Eropa, telah merekomendasikan agar Google melakukan divestasi terhadap alat-alat seperti DFP dan AdX untuk menghindari konflik kepentingan.

Meski begitu, tampaknya Komisi Eropa tidak akan memaksa Google untuk melakukan divestasi. Mereka lebih memilih agar perusahaan tersebut berhenti melakukan praktik anti-kompetisi secara menyeluruh. Jika Google gagal memperbaiki kebijakan perusahaan untuk mengurangi dominasi mereka dalam industri periklanan, perintah divestasi mungkin akan dipertimbangkan di masa depan.

BACA JUGA:10 Pantai Terindah di Indonesia yang Wajib Dikunjungi, Dari Pantai Pink hingga Surga Tersembunyi di UjungBarat

BACA JUGA:Yamaha RayZR Street Rally 2025: Alternatif Motor Adventure dengan Harga Terjangkau

Kategori :