BACA JUGA:NASA Temukan Planet Baru Menyerupai Bumi: Kepler-186f
Apakah UN Masih Diperlukan?
Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), Nisa Felicia, menilai bahwa menghidupkan kembali UN justru akan menjadi kemunduran bagi pendidikan Indonesia.
Menurutnya, UN memiliki dampak negatif yang cukup signifikan bagi siswa, terutama jika mereka tidak berhasil lulus ujian tersebut.
"Anak-anak menjadi terbebani dengan adanya UN dan akan memengaruhi proses belajarnya hanya fokus pada materi UN," ujar Nisa pada sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Selain itu, Nisa juga menyebutkan bahwa sistem UN yang berorientasi pada tes nilai tinggi (high-stakes test) bisa menyebabkan tekanan berlebih pada siswa, memengaruhi perilaku belajar mereka, dan bahkan mendorong praktik menyontek demi menjaga reputasi sekolah.
Hal ini dinilai bertentangan dengan fokus pendidikan Indonesia saat ini yang lebih mengutamakan pendidikan karakter.
Harapan Menuju Kebijakan yang Lebih Baik
Prof. Mu'ti menyadari bahwa masukan dari banyak pihak akan memberikan perspektif yang lebih luas dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang terbaik. Melibatkan pemangku kepentingan di daerah dan media massa adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa suara masyarakat turut terdengar.
Dengan begitu, kebijakan yang akan diterapkan nantinya diharapkan lebih mencerminkan kebutuhan nyata dari siswa, orang tua, guru, dan masyarakat luas.
BACA JUGA:Mahfud MD Soroti Kunker dan Studi Banding Pejabat, Dorong Prabowo dan Gerindra Pimpin Pengaturan Ketat
BACA JUGA:Wow, Pulau Bangka Belitung, sabuk timah Asia Tenggara
Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan kebijakan yang tidak hanya mengedepankan nilai akademis, tetapi juga mendukung perkembangan karakter siswa dan kesejahteraan tenaga pendidik.
"Beri kami masukan, sehingga dengan masukan-masukan itu kami bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk kemajuan pendidikan nasional yang akan datang," tutup Prof. Mu'ti.***