REL,BACAKORAN.CO - KFC Indonesia, melalui PT Fast Food Indonesia (FAST), mengumumkan penutupan 47 gerai dan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 2.274 karyawan pada September 2024. Keputusan ini terjadi di tengah kerugian besar yang dialami perusahaan, yang tercatat mencapai Rp 558,7 miliar pada periode Januari-September 2024. Hingga 30 September 2024, KFC Indonesia hanya memiliki 715 gerai yang beroperasi, turun dari 762 gerai pada akhir 2023.
BACA JUGA:Perampokan Emas 1 Ton Terungkap Gara-gara Ulah Istri, Begini Cerita di Baliknya
BACA JUGA:KPR BRI: Solusi Terbaik untuk Miliki Rumah Impian dengan Promo Bunga Spesial
Kerugian yang dialami perusahaan disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, dampak jangka panjang dari pandemi COVID-19 yang mengurangi pendapatan, meskipun perekonomian mulai pulih, penjualan KFC Indonesia belum mencapai target yang diinginkan. Kedua, krisis global akibat ketegangan di Timur Tengah juga turut memperburuk kondisi pasar, yang berdampak pada kinerja perusahaan.
Meski begitu, beberapa ekonom di kalangan warganet menyebutkan bahwa aksi boikot yang terkait dengan konflik Palestina-Israel pada tahun 2023 turut berdampak pada penurunan performa KFC Indonesia. Namun, berdasarkan laporan keuangan sebelumnya, perusahaan sudah mengalami kerugian sejak tahun 2020, jauh sebelum kampanye boikot tersebut.
BACA JUGA:Menyelami Kehidupan Maritim Suku Bajo yang Menakjubkan!
BACA JUGA:Mengulik 6 Tradisi Paling Unik dari Berbagai Wilayah di Dunia, Ada Pemotongan Jari di Indonesia!
KFC Indonesia, yang sebelumnya mencatatkan kerugian masing-masing sebesar Rp 300,61 miliar pada tahun 2020 dan Rp 418,21 miliar pada tahun 2023, tampaknya sedang menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan operasionalnya di Indonesia. Penyebab kerugian utama ini bukan hanya boikot, melainkan juga persaingan yang semakin ketat dari gerai fast food lain yang menawarkan harga lebih murah, serta kondisi ekonomi yang masih belum stabil.
Seiring dengan PHK yang mempengaruhi ribuan karyawan, harapan bagi masa depan KFC Indonesia terletak pada strategi baru yang bisa membawa kembali keuntungan dan mengembalikan kinerja perusahaan.***