REL,BACAKORAN.CO – Industri tembaga Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi permintaan global, di tengah peningkatan produksi dan kejadian kebakaran yang mengganggu operasional beberapa smelter.
Di Pulau Wetar, tambang tembaga yang dioperasikan oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menargetkan produksi katoda tembaga sebesar 14.000 hingga 16.000 ton pada tahun 2024. Sebagai satu-satunya tambang tembaga di Indonesia yang menggunakan teknologi Solvent Extraction Electrominating (SX-EW), produksi ini dipandang penting dalam memenuhi kebutuhan pasar global. AMMN juga mengungkapkan rencana untuk mengolah konsentrat tembaga lebih lanjut melalui smelter di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, pada tahun 2025, sesuai dengan peraturan pemerintah. Produk olahan tembaga dari fasilitas smelter ini akan dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri, namun permintaan tembaga masih tetap tinggi.
BACA JUGA:TBS Energi Utama Hentikan Operasi Tiga Tambang Batu Bara, Fokus Bangun Bisnis Energi Terbarukan
BACA JUGA:Pengusaha Tambang Dermawan Ini Masuk Daftar 5 Teratas di Bengkulu
Namun sektor ini tidak terlepas dari kendala besar yang dihadapi PT Freeport Indonesia (PTFI), yang pada bulan Oktober 2024 mengalami kejadian kebakaran di smelter mereka yang berlokasi di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Kebakaran tersebut menyebabkan pemadaman sementara pengoperasian smelter dan berpotensi mengganggu rencana peningkatan produksi katoda tembaga dan emas mereka. PTFI melaporkan bahwa saat ini mereka sedang melakukan asesmen dan evaluasi terkait kerusakan yang ditimbulkan.
Menurut VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, meskipun produksi tembaga terganggu, permintaan global akan tembaga diperkirakan tetap tinggi dan pasar internasional akan tetap menyerap pasokan tembaga dari Indonesia. Terkait hal ini, Freeport McMoRan berencana untuk menunda penjualan tembaga makanan mereka dari Indonesia hingga kuartal kedua tahun 2025.
BACA JUGA:Sindikat Judi Online Keris123 Terbongkar: 19 Tersangka, Miliaran Uang Disita
Selain itu, Freeport Indonesia juga berunding dengan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) untuk memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga yang berakhir pada akhir tahun 2024. Perpanjangan izin ini diharapkan bisa berlangsung hingga kuartal pertama 2025. Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia (API), Hendra Sinadia, tekanan perlunya waktu dan modifikasi untuk memastikan smelter dapat beroperasi secara maksimal. Ia berharap pemerintah akan mempertimbangkan hal ini dalam memberikan izin ekspor kepada Freeport untuk menjaga kontribusi perusahaan terhadap negara.
Sektor pertambangan tembaga Indonesia kini tengah menghadapi tantangan operasional, namun permintaan yang terus tinggi di pasar global memberikan harapan bahwa produksi tembaga Indonesia tetap dapat memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan global, meskipun dalam situasi yang penuh tantangan ini.***