Kondisi tersebut juga bisa disertai dengan insomnia, penurunan berat badan, hingga kebotakan. Semua kondisi ini merupakan ciri-ciri andropause pada pria.
BACA JUGA:Underpass Lahat Kembali Jadi Kolam
2. Pengobatan kanker prostat
Hot flashes juga bisa disebabkan oleh efek samping pengobatan kanker prostat yang disebut terapi deprivasi androgen atau androgen deprivation therapy (ADT).
Terapi ini bekerja dengan menghambat produksi testosteron yang memicu pertumbuhan sel-sel kanker dalam prostat.
Meski cukup ampuh memblokir sel-sel kanker, hot flashes adalah salah satu efek samping yang harus Anda hadapi setelah menjalani perawatan ini.
Penelitian dalam Asian Journal of Andrology (2012) menyebutkan bahwa lebih dari 80% pasien kanker prostat yang menjalani ADT mengalami efek samping berupa hot flashes.
3. Faktor gaya hidup
Hot flashes pada pria umumnya muncul bersama gejala lain, meliputi disfungsi ereksi, penurunan gairah seks, dan perubahan suasana hati yang drastis (mood swing).
Gejala-gejala tersebut bisa bermunculan ketika Anda stres karena berhenti merokok, cemas berlebihan, hingga mengalami depresi.
Makin baik Anda mengendalikan stres dan emosi, akan makin mudah juga bagi Anda untuk mengatasi sensasi panas dan gerah yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
BACA JUGA:Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan
4. Testosteron rendah
Faktor hormonal memang menjadi penyebab hot flashes yang paling umum. Namun, hot flashes pada pria jarang disebabkan oleh kadar testosteron yang rendah.
Para ahli menduga bahwa kondisi ini berhubungan dengan hipotalamus, yaitu bagian otak yang salah satu fungsinya adalah mengatur produksi testosteron.
Ketika kadar testosteron berkurang, sistem saraf mengirimkan sinyal yang membuat pembuluh darah pada kulit melebar. Akibatnya, suhu tubuh meningkat dan membuat kulit kemerahan.