REL, Klaten – Masjid Agung Sorowaden di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menjadi salah satu saksi bisu sejarah perkembangan Islam di tanah Jawa.
Masjid ini konon sudah berdiri jauh sebelum era penjajahan Belanda, namun tidak ada catatan pasti kapan bangunan ini pertama kali didirikan.
Masjid ini memiliki arsitektur khas Jawa dengan gaya joglo dan empat tiang utama dari kayu jati utuh setinggi sekitar 9 meter.
Keunikan lainnya adalah keberadaan sumur tua di bagian depan masjid yang masih digunakan hingga kini.
BACA JUGA:Lapas Sekayu Gelar Razia Insidentil Bersama TNI-POLRI
Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan bedug besar dan mimbar yang disebut-sebut mirip dengan mimbar Masjid Demak.
Jejak Kiai Sorowadi dan Hubungannya dengan Ki Ageng Gribig
Nama Masjid Agung Sorowaden diambil dari nama Kiai Sorowadi, sosok ulama yang dipercaya mendirikan masjid ini. Menurut Basri, pengurus masjid, Kiai Sorowadi diyakini merupakan santri dari Ki Ageng Gribig di Jatinom, Klaten.
Bahkan, tanah tempat berdirinya masjid ini disebut sebagai tanah perdikan yang diberikan oleh Kasunanan Surakarta.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Wisata Kuliner Ramadhan di Jakarta Barat
“Kemungkinan besar, Kiai Sorowadi diperintahkan menyebarkan Islam di Desa Kahuman dan sekitarnya. Saat kami cek ke pemerintah desa, tanah ini tidak tercatat dalam leter C, yang menandakan bahwa dulunya memang tanah perdikan,” ungkap Basri pada Sabtu (1/3/2025).
Bangunan Tetap Asli Meski Mengalami Renovasi
Meskipun telah mengalami renovasi dan penambahan serambi, bagian utama Masjid Agung Sorowaden tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Penambahan serambi ini dilakukan oleh Mbah Haji Adam di masa lalu agar masjid bisa menampung lebih banyak jemaah.
BACA JUGA:Pria Nekat Curi Lima Handphone di Toko, Acungkan Pisau Saat Diteriaki Maling
“Bagian dalam masjid bisa menampung sekitar 200 hingga 250 jemaah. Dengan adanya tambahan serambi, kapasitasnya bertambah menjadi sekitar 500 jemaah,” jelas Basri.
Peninggalan Berharga yang Hilang
Masjid Agung Sorowaden pernah memiliki sebuah Al-Qur’an bersejarah yang ditulis tangan di atas lembaran kulit. Sayangnya, peninggalan berharga ini kini sudah tidak berada di masjid tersebut.
“Dulu, ada Al-Qur’an tulisan tangan dari Kiai Sorowadi yang dibuat di atas kulit. Namun, sekarang kami hanya mendengar kabar bahwa kitab suci itu telah dibawa ke Keraton Yogyakarta atau tempat lain, tapi kami tidak tahu pasti,” ujar Basri.