REL,BACAKORAN.CO – Perayaan Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah di Provinsi Riau berlangsung penuh khidmat dan semarak. Sejumlah destinasi wisata religi di Riau menjadi magnet bagi masyarakat lokal dan luar daerah yang ingin merayakan Idul Adha tidak hanya dengan beribadah, tetapi juga menjelajahi jejak sejarah dan spiritual Islam di bumi Lancang Kuning.
Masjid Raya An-Nur Pekanbaru, Ikon Religi Modern yang Penuh Makna
Pusat perayaan Idul Adha di Kota Pekanbaru terpusat di Masjid Raya An-Nur, yang dikenal sebagai masjid termegah di Riau dan sering dijuluki “Taj Mahal-nya Riau.” Sejak pukul 05.00 WIB, ribuan jamaah telah memadati halaman masjid untuk mengikuti salat Idul Adha yang dilaksanakan secara terbuka.
Khutbah Idul Adha kali ini disampaikan oleh Ustaz Dr. H. Iskandar Nasution, MA., yang mengangkat tema “Makna Pengorbanan dalam Kehidupan Modern”.
Dalam ceramahnya, beliau mengajak umat Islam untuk tidak hanya meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail, tetapi juga mengamalkan semangat berbagi dan peduli sesama.
Setelah salat, panitia masjid menyembelih 15 ekor sapi dan 9 ekor kambing kurban yang merupakan partisipasi dari masyarakat dan donatur. Daging kurban langsung dibagikan kepada kaum dhuafa dan masyarakat sekitar masjid.
BACA JUGA:Masjid Agung Demak: Warisan Wali Songo yang Jadi Magnet Wisata Religi Modern
Wisata Religi di Kabupaten Rokan Hulu dan Kampar Ramai Peziarah
Di luar Pekanbaru, Masjid Agung Madani Islamic Center di Pasir Pangaraian, Kabupaten Rokan Hulu juga mencatat lonjakan pengunjung.
Dengan arsitektur megah yang menggabungkan unsur Timur Tengah dan Melayu, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan wisata religi.
Selain salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban, masjid ini juga menggelar pameran buku Islami, tausiah, dan bazar makanan khas Lebaran Haji.
Sementara itu, Makam Syekh Burhanuddin di Kampar menjadi salah satu destinasi ziarah spiritual paling ramai dikunjungi.
Para peziarah datang dari berbagai daerah untuk membaca doa dan tahlil serta mengenang perjuangan ulama besar ini dalam menyebarkan ajaran Islam di Tanah Melayu pada abad ke-18.
Salah satu peziarah, Zainab (58), yang datang dari Kabupaten Siak, mengatakan bahwa ziarah ke makam ulama adalah rutinitas tahunan setiap Idul Adha.
“Kami ingin anak cucu tahu dan meneladani perjuangan ulama dalam menyebarkan Islam. Ini bukan hanya wisata, tapi pelajaran iman dan sejarah,” ujarnya.